Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Raffi, siswa SMPN 2 Malang menjadi salah satu korban tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Seperti yang diketahui, tragedi Kanjuruhan yang sangat nahas itu menewaskan ratusan orang.
Ya, ratusan nyawa melayang dalam tragedi Kanjuruhan yang seharusnya berlangsung aman dan tertib.
Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Senin (10/10/2022), kejadian itu terjadi saat laga Arema DC VS Persebaya usai.
Dalam laga itu, Arema pun kalah atas Persebaya.
Sedangkan, supporter pun disebut tak terima dengan kekalahan itu dan mulai turun ke lapangan.
Polisi yang panik melihat para suporter turun pun menembakkan gas air mata ke arah kerumunan.
Akibatnya, para suporter langsung panik dan kalang kabut.
Tak sedikit pula yang terinjak-injak hingga meninggal dunia.
Banyak pula yang berdesakan di pintu keluar.
Beberapa korban pun dilaporkan meninggal dunia lantaran sesak napas usai menghirup gas air mata tersebut.
Sedangkan, Raffi hingga kini pun belum sembuh.
Ya, dikutip Grid.ID dari TribunWow.com pada Senin (10/10/2022), Raffi mengalami iritasi di bagian mata lantaran terkena gas air mata tersebut.
Sepuluh hari berlalu, mata Raffi masih terlihat sangat merah.
Bahkan, matanya tampak seperti tertutup darah segar.
Raffi mengungkap bahwa ia menonton pertandingan bersama dengan kakaknya.
"Saat itu, saya menonton di Stadion Kanjuruhan bersama kakak saya, Yuspita Nuraini (25) dan beberapa teman lainnya. Ketika itu, kami duduk di Tribun 10," jelasnya.
Ia juga mengungkap bahwa saat itu tembakan gas air mata jatuh di depannya.
Sehingga, ia langsung merasa sesak napas dan pingsan.
"Setelah itu saya sesak, dan di depan saya ada orang pingsan. Dan dari arah belakang, desak-desakan dan dorong-dorongan. Setelah itu, saya enggak bisa nafas, diam lalu pingsan. Kalau tidak salah, saya pingsan selama dua jam," jelasnya.
Sesampainya di rumah sakit, Raffi menyadari bahwa matanya sangat merah.
Namun sayang, di rumah sakit tersebut ia tak mendapatkan pemeriksaan mata.
Bahkan, ia langsung pulang ke rumah usai sadar dari pingsan.
"Mata saya memerah, saat saya sadar dari pingsan." kata Raffi.
"Di rumah sakit itu, saya enggak diperiksa sama sekali. Setelah itu, saya langsung dibawa pulang sama teman-teman," sambung dia.
Kendati tak merasakan kendala penglihatan, mata Raffi tak kunjung kembali seperti semula.
"Setelah bangun tidur, sudah normal (penglihatan matanya). Cuma memang merah sampai sekarang. Tidak ada kendala penglihatan, sudah seperti biasa," terang dia.
(*)