"Dari sudut pandang saya, fotografi di NFT punya potensi yang besar di masa mendatang,” ujar Aga, sapaan akrabnya.
Project Narasi Foto Terkurasi akan membawa harian Kompas berkenalan dengan beragam skena foto yang sudah lebih dahulu eksis di berbagai jaringan blockchain.
Keunikan dan identitas masing-masing skena ini akan memengaruhi karya fotografi seperti apa yang akan dibawa harian Kompas ke beragam jejaring blockchain.
“Loka/Masa”, rilisan pertama Narasi Foto Terkurasi
Sebagai langkah pertama, harian Kompas merilis koleksi yang diberi judul tema “Loka/Masa”.
Pada koleksi ini, 57 foto karya fotografer harian Kompas dirilis melaluijaringan Tezos, salah satu blockchain dengan skena fotografi yang sudah cukup berkembang.
Baca Juga: Kognisi.id Hadirkan Edukasi Digital Berbasis NFT dengan Program KogiVerse
Dengan demikian, harian Kompas berkesempatan untuk belajar, menyerap, dan berjejaring dengan para kreator dan komunitas yang sudah terlebih dahulu merintis aktivitas berbagi kreasi.
Ade Andryani, anggota komunitas NFT Indonesia, mengaku merasa nyaman menggunakan blockchain Tezos.
“Saya pilih Tezos karena menurut saya blockchain ini ramah dengan biaya minting yang murah dan dukungan komunitasnya bagus,” tutur Ade.
Ia menjual beberapa karya fotonya di blockchain ini, selain tentu saja juga mengoleksi karya-karya NFT dari kreator lain.
Selain skena yang sudah terbentuk, jaringan Tezos juga memiliki interface sederhana yang ramah pengguna.