Pembangunan istana, baik yang meliputi pendirian bangunan baru dan memperindah bangunan yang sudah ada, terus dilakukan oleh para penguasa Mangkunegaran selanjutnya.
Misalnya pada 1886, Mangkunegara IV (1853-1881) melengkapi bangunan dengan menambah bangsal besi di sekeliling pendopo.
Penyempurnaan bangunan Puro Mangkunegaran sampai diperoleh bentuknya seperti sekarang dilakukan oleh Mangkunegara VII (1916-1944).
Kompleks bangunannya dibagi menjadi tiga halaman.
Halaman pertama disebut pamedan, yakni lapangan berdenah persegi panjang yang membujur dari barat ke timur.
Di sebelah timur pamedan terdapat bangunan Kavaleri Artileri berlantai dua dengan gaya Eropa, yang dulunya digunakan oleh pasukan Legiun Mangkunegaran.
Kemudian di belakang pamedan terdapat pintu gerbang yang akan mengantarkan pada halaman kedua, di mana terdapat Pendopo Ageng berbentuk Joglo dengan arsitektur bergaya Jawa-Eropa.
Pendopo biasa digunakan sebagai tempat pertunjukan tari dan wayang, yang diiringi dengan irama gamelan.
Di sebelah timur pendopo terdapat Perpustakaan Reksa Pustaka, yang dibangun oleh Mangkunegara IV.
Perpustakaan ini terletak di lantai dua bangunan Hamongpraja, yang digunakan sebagai kantor rumah tangga urusan istana.
Di sebelah utara pendopo terdapat peringgitan, Dalem Agung, dan tempat tinggal keluarga Mangkunegaran.
Dalem Agung sekarang berfungsi sebagai museum yang memamerkan berbagai macam benda seni, perhiasan, senjata, pakaian, hingga gambar penguasa Mangkunegaran.
(*)