Grid.ID — Indonesia adalah negara megabiodiversitas dan kaya akan keanekaragaman hayati termasuk florikultura atau tanaman hias.
Potensi besar tersebut harus lebih dioptimalkan demi kesejahteraan masyarakat maupun dari sisi konservasinya.
Dibutuhkan inovasi dan kerja sama para pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, maupun kalangan ilmuwan untuk mendorong sektor usaha tanaman hias berkembang dan berkelanjutan.
Demikian kesimpulan konferensi bertema “Keberlanjutan Keanekaragaman Hayati Indonesia dalam Usaha Tanaman Hias” di Hall A Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (15/10).
Webinar yang merupakan rangkaian Floriculture Indonesia International (FLOII) Convex 2022 ini menghadirkan narasumber Dr M Lutfhul Hakim selaku Koordinator Pendaftaran Varietas Tanaman – Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.
Inge Yangesa S Hut LLM selaku Analisis Kebijakan Ahli Muda Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Puji Lestari Ph.d selaku Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan – Badan Riset dan Inovasi Nasional; Handry Chuhairy selaku Penggemar Tanaman Hias Indonesia dan Pendiri Han Garden; serta Edhi Sandra selaku Praktisi Tissue Culture dan Pendiri Esha Flora.
Adapun moderator yaitu Ketua Umum Perhimpunan Florikulturan Indonesia (PFI) Rosy Nur Apriyanti. Menurut Puji Lestari, volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia masih tertinggal jauh dari negara Asia Tenggara lainnya,
Bahkan hanya berkontribusi sebesar 0,08% dari total nilai perdagangan tanaman hias di pasar global. Terdapat sejumlah tantangan yang perlu dijawab demi meningkatkan perdagangan florikultura dari Tanah Air.
Baca Juga: Makin Sadar Pentingnya Menjaga Lingkungan, Ajil Ditto Pilih Healing dengan Menanam Pohon
Di antaranya adalah kompetensi SDM di sektor tanaman hias masih minim, tidak adanya vokasi di sektor ini, investasi benih serta kurangnya permodalan pengusaha, dan belum tersedianya sistem informasi yang terintegrasi antara produksi dan kebutuhan pasar.
Puji menambahkan, diperlukan inovasi dalam industri tanaman hias sehingga ke depannya para pelaku usaha dapat meningkatkan daya saing di pasar global. Ia mencontohkan, inovasi teknologi dalam florikultura dapat menunjang produktivitas benih dan tanaman serta memunculkan varietas unggul.
Hingga kini, terdapat 300 varietas yang telah dilepas yang berasal dari sejumlah spesies seperti bunga krisan dan anggrek. “Inovasi menghasilkan nilai tambah dan pengembangan produk. Inovasi adalah komponen kunci dari modernisasi florikultura,” ujarnya.
M Luthful Hakim menuturkan, pendaftaran plasma nutfah merupakan bagian dari upaya perlindungan pemerintah dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Tanah Air.
Berdasarkan suatu penelitian, terdapat 12.237 plasma nutfah tanaman lokal Indonesia. Namun hingga kini, baru sekitar 1.999 yang terdaftar dan 1.786 dilepas perizinannya oleh Kementerian Pertanian, atau masih terbilang rendah.