Patah hati sejatinya mengajarkan seseorang menjadipribadi yang lebih tangguh, dewasa dan mampu memecahkan permasalahan rumit.
Selain diberi hati untuk merasa, kita juga dianugerahi akal untuk berpikir.
Orang yang dirundung patah hati kadang lupa fungsi akal bahkan mereka lupa jika mereka memiliki akal.
Tak heran jika alih-alih menemukan solusi dari masalahnya, mereka malah buntu dalam bertindak dan melahirkan manusia-manusia yang selalu menyalahkan takdir.
Motivasi-motivasi berharga kadang terlahir dari sesuatu yang tidak terduga, dari luka misalnya.
Dari tokoh Adele, setidaknya kita belajar bagaimana mengubah luka jadi karya dan menyulap patah hati jadi prestasi.
Luka itu bisa jadi kawan paling baik dan bisa jadi musuh paling hebat tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Pilihannya adalah apakah kita akan terus-menerus berduka mengunci diri pada ruang nestapa, menangisi hal-hal yang bahkan tak berguna atau mulai melangkah menyembuhkan luka, menataharapan, dan cita-cita hingga pada akhirnya kau bahagia?
Percayalah semua orang pernah terluka dan karena adanya luka, bahagia terasa lebih berharga.
Sekarang tutup saja lembaran kelam itu, kau tak perlumelupakannya jika memang tak mampu. Kau hanya perlu belajar bagaimana mengingatnya tanpa menangis lagi.
Syukur-syukur kau bisa mengubahnya jadi karya yang luar biasa atau prestasi yang memukaukan mata.
Hingga pada akhirnya kau berpikir bahwa Allah tak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia termasuk luka misalnya.