“Jika ada anak dan cucu yang bisa membantu lansia yang berpenglihatan kabur ya syukur namun terkadang tidak ada yang bisa membantu. Jadi (katarak) ini bisa mengganggu kehidupan mereka,” kata Ikfina saat membuka Bakti Sosial Percepatan Penanggulangan Katarak yang diselenggarakan oleh YDKK dan Pemkab Mojokerto, Senin (24/10) di RSUD RM Basoeni.
Oleh karena itu ia menggandeng berbagai pihak untuk turut membantu menuntaskan persoalan itu termasuk YDKK.
Saat ini operasi katarak gratis YDKK di Mojokerto dilakukan di dua rumah sakit di Kabupaten Mojokerto yakni RSUD RM Basoeni dan RSUD Prof Dr Soekandar.
Direktur Program Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Ninuk Mardiana Pambudi yang hadir dalam pembukaan bakti sosial itu mengatakan operasi katarak gratis menjadi salah satu program kesehatan YDKK.
YDKK selama ini juga bergerak dalam misi sosial bencana alam dan program pendidikan.
Sebelum diadakan di Mojokerto, Juli lalu, YDKK juga mengadakan operasi katarak gratis di Lombok Timur dengan peserta 346 lansia.
Pada September lalu, operasi katarak juga dilakukan di perbatasan Timor Leste dengan jumlah peserta 100 lansia.
“Kami juga membuka kesempatan yang sama bagi warga Mojokerto. Bapak ibu tidak perlu khawatir ikut operasi katarak karena ditangani oleh para dokter ahli di RSUD di Mojokerto,” kata Ninuk yang juga didampingi oleh Direktur Kerjasama Antarlembaga Harian Kompas Rusdi Amral.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mojokerto sekaligus Plt Direktur RSUD RM Basoeni Ulum Rokhmat mengakui warga penderita katarak masih takut untuk menjalani operasi.
Dinkes Kabupaten Mojokerto mendata ada 600 warga yang menderita katarak namun tak semuanya mau dioperasi walau tanpa biaya.
Sebagian masih menganggap operasi sebagai hal yang menakutkan.