"Gini aja ya pak. Oke saya ikut ke kantor, tapi bapak bisa bicara baik-baik. Kenapa rumah saya diancurin?" ujar L.
Sejumlah warga pun mengelak menghancurkan rumah terduga pelaku, tetapi hanya mengamankan korban.
"Bukan ngehancurin, Kami hanya menolong korban," ujar salah seorang warga.
Kendati begitu L tetap marah dengan tindakan membuka paksa rumahnya.
"Bapak tahu nggak kenapa mata dia biru? Pengakuan korban seperti apa? Bapak tahu nggak itu matanya biru kenapa? Jadi jangan sampai nuduh tapi nggak ada buktinya gitu. Kalau misalnya tidak menuduh, kenapa rumah saya dihancurkan?" protes L lagi.
Protes yang dilayangkan L pun mendapat balasan dari ketua keamanan setempat.
"Gini bu, dia nangis-nangis minta tolong. Di jendela itukan kelihatan. Ada ibu-ibu lewat, ibu itu tidak bisa bergerak seperti apa karena terbatas. Pak Amir ketua keamanan RT, pak Amir telpon saya, saya ketua keamanan RW betul dia nangis sambil berdiri. Bahkan, matanya merah kayak berdarah, di sini banyak luka, saya amankan," terang ketua keamanan setempat.
Tak sampai di situ saja, pihak kepolisian lantas meminta agar J dan L ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.
"Daripada ngobrol di sini, mending di kantor nanti kita temukan," ungkap salah seorang polisi.
Setelah mengamankan kedua terduga pelaku, pihak kepolisian selanjutnya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Saksi dari tetangga sudah dimintai keterangan untuk membuat terang apa yang terjadi dan apa yang dilakukan kedua terduga pelaku ini kepada korban," pungkas Rizka.
(*)