Grid.ID - Komunikasi seksual di kalangan masyarakat Indonesia masih dianggap tabu, padahal komunikasi seksual sangat penting bagi pasangan sebagai kunci keharmonisan rumah tangga.
Dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM) juga menegaskan bahwa membahas topik seksualitas adalah hal yang semestinya dilakukan oleh suami istri sebagai cara untuk menjaga keharmonisan kehidupan seksual serta sebagai upaya dalam mengatasi masalah seksual dengan mencari pertolongan kepada tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang seksualitas.
"Kondisi yang terjadi adalah istri punya keluhan tidak pernah atau sulit mencapai orgasme sehingga sulit menikmati kehidupan seksualnya bersama suami. Padahal acapkali penyebabnya karena disfungsi seksual yang dialami oleh suami, misalnya kualitas kekerasan ereksi yang tidak optimal, gangguan ejakulasi hingga ketidakpahaman dalam melakukan tahapan berhubungan seksual yang benar," ungkap dokter Haekal Anshari.
Baca Juga: Sempat Kena Hack, Ria Ricis Bersyukur Pelaku Tak Hapus Isi Video di Akun YouTube Miliknya
Lebih lanjut Haekal menjelaskan, tahapan berhubugan seksual terbagi menjadi tiga hal yakni foreplay, intercourse, dan afterplay.
Namun sayangnya, banyak pasangan yang tidak mengoptimalkannya padahal tahapan-tahapan tsb penting dalam mencapai kenikmatan dan kepuasan bersama dan sesuai dengan siklus respon seksual manusia.
Umumnya, kata Haekal, laki-laki cenderung mempersingkat tahap foreplay karena laki-laki mudah terangsang dan mudah mencapai orgasme daripada perempuan.
Padahal perempuan membutuhkan waktu untuk bisa terangsang dengan optimal yang ditandai dengan keluarnya lubrikasi vagina yang optimal sehingga siap untuk dilakukan penetrasi di tahap intercourse.
"Tapi umumnya, pasangan suami istri tidak tahu dan kurang paham dengan tahapan tersebut, jadi lebih banyak mempersingkat foreplay, akibatnya istri belum terangsang optimal langsung dipenetrasi dan hal ini akan menyebabkan nyeri akibat gesekan penis dan rongga vagina sehingga istri sulit untuk menikmati hubungan seksual tsb dan sulit mencapai orgasme."
"Bila hal ini terjadi berulang kali akan menurunkan minat istri untuk berhubungan seksual karena tidak menikmatinya," ungkap dokter Haekal Anshari.
Medical Director QuickGlam ini mengungkapkan bahwa begitu perempuan enggan berhubungan seks lantaran hal tersebut, suami akan mengira bahwa sang istri sudah tidak bergairah.
Baca Juga: Putus dengan Denny Caknan, Happy Asmara Akui Galau Berat hingga Ngarep Balikan: Masih Saling Sayang
Sehingga terkadang muncul kesalahpahaman antara suami dan istri yang berisiko mengganggu keharmonisan hubungan rumah tangga.
Dokter Haekal juga menyampaikan beberapa disfungsi seksual yang sering dialami oleh pihak suami, yaitu Hipogonadisme.
Hipogonadisme pada laki-laki atau juga dikenal sebagai Testosterone Deficiency Syndrome (TDS), merupakan kondisi seorang laki-laki yang mengalami penurunan hormon testosteron sehingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan termasuk terganggunya fungsi seksual yakni menurunnya dorongan seksual dan ereksi penis yang kurang kuat (disfungsi ereksi).
Baca Juga: Cuek Dihujat Usai Kasus KDRT, Lesty Kejora dan Rizky Billar Terpantau Asik Liburan ke Thailand
Selain gangguan fungsi seksual, defisiensi hormon testosteron dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti:
• Obesitas,
• Lingkar Pinggang Membesar,
• Susah konsentrasi,
• Daya tahan fisik berkurang,
• Penurunan kemampuan olahraga,
• Mudah kesal, marah hingga menurunnya kesenangan hidup,
• Sindroma metabolik (gula darah tidak terkontrol, tekanan darah meningkat, peningkatan kolesterol, dan obesitas) yang berisiko menyebabkan terjadinya serangan jantung dan stroke.
Terdapat layanan Hormone Replacement Therapy yang dapat membantu memperbaiki kondisi hormon yang telah terbukti ilmiah membantu mengatasi gejala-gajala penurunan hormon dan mencegah komplikasi penyakit akibat kondisi hormon yang turun.
Baca Juga: Sering Menanyakan Keadaannya, Nagita Slavina Akui Raffi Ahmad Lebih Perhatian Dibanding Dirinya
Layanan Hormone Replacement Therapy tidak terbatas hanya untuk laki-laki tapi juga untuk perempuan yaitu dengan koreksi gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron.
Saat ini tidak semua klinik memiliki layanan Hormone Replacement Therapy karena membutuhkan assessment dan terapi oleh dokter yang memiliki kompetensi di bidang anti aging.
(*)