Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang dipilih orang tua untuk anaknya menimba ilmu.
Namun, ada kalanya santri merasa tak betah saat berada di pesantren dan memilih untuk kabur.
Tak ayal ada hukuman yang diberikan pesantren kepada santri yang memilih kabur dari pesantren.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com pada Senin (7/11/2022), seorang santri berusia 12 tahun asal Tasikmalaya mendapat nasib apes setelah kabur dari pesantren.
Awalnya sang santri masuk pesantren secara gratis tapi orang tua diminta untuk menandatangi kesepakatan.
Kesepakatan ini berisi kewajiban orang tua membayar denda jika pendidikan di pesantren tidak tuntas.
Hal ini diungkap oleh Ato Rinanto, Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya.
Kepada Ato, orang tua santri ini mengadukan permasalahan ini.
Mereka mengaku tak tahu jumlah denda ini ketika menandatangani surat pernyataan saat mendaftarkan anak mereka.
Orang tua pun terkejut saat tahu bahwa mereka harus membayar Rp 37 juta.
"Padahal sesuai keterangan orangtua anak ke kami (KPAID Kabupaten Tasikmalaya) awal mula belajar di pesantren itu tidak bayar alias gratis," ungkap Ato.
Baca Juga: 7 Orang Saksi Sudah Diperiksa, Berikut Fakta dari Kasus Kematian Santri Gontor
"Cuman sempat dibilang kalau anak tak selesai pendidikannya akan ada denda," tambahnya.
"Namun, orangtua anak tidak diberitahu jumlah denda sampai akhirnya kaget harus bayar denda sampai Rp 37 juta lebih," sambungnya.
Ato menyebut bahwa tagihan denda ini berupa surat administrasi dari pesantren.
"Bentuknya berupa surat denda administrasi dari yayasan pendidikan sekaligus pondok pesantren di sana (Bandung) ke alamat orang tua korban di Tasikmalaya," kata Ato.
RSN (31), orang tua santri ini menyebut bahwa sang anak sempat menginap di rumah warga di Bandung saat kabur dari pesantren.
Khawatir anaknya kabur dan tinggal di sembarang tempat, RSN pun meminta anaknya tetap tinggal di Tasikmalaya.
Melansir Tribun-Medan.com, RSN mengungkap bahwa sang anak tak betah berada di pesantren.
Hal ini lah yang membuat anaknya kabur sebanyak 3 kali dari pesantren.
"Kalau alasan lainnya tidak bilang, tidak betah saja alasannya," ungkap RSN.
(*)