Grid.ID - Di tengah riuh kehidupan kota, rasanya akan amat menyenangkan apabila sejenakmenyingkir ke pinggiran, mencari tempat yang lebih tenang dan hening.
Kira-kira begitu yang coba ditawarkan oleh novel Shark Caller, novel terbaru dari Bhuana Sastra yang akan terbit pada akhir Januari 2022.
Novel ini akan membawa pembacanya ke pedalaman indah di kepulauan kecil di timur laut Papua Nugini, yaitu Kepulauan Tok Pisin, atau yang lebih dikenal Irlandia Baru.
Di pulau itu hiduplah gadis kecil, Blue Wing bersama waspapi (pengasuh)-nya bernama Siringen, yang juga merupakan seorang pemanggil hiu.
Kemampuan memanggil hiu tersebut telah diturunkan secara turun-menurun dari garis keturunan Siringen, tradisi ini membutuhkan beberapa peralatan, lalu Siringen membacakan mantra-mantra panjang, hiu pun akan mendatanginya.
Blue Wing berkali-kali meminta Siringen untuk mengajarinya memanggil hiu, berkali-kali pula Siringen menolaknya.
Sebab ia tahu Blue Wing akan menggunakannya untuk membalas dendamnyapada Xok.
Pada suatu hari, mereka kedatangan tamu dari jauh, seorang profesor sejarah dariAmerika bersama gadis kecilnya, bernama Mr Hamelin dan Maple.
Sang profesor ingin melakukan ekspedisi di lautan, sedangkan Blue Wing yang sedari awal tidak menyukai keduanya, terpaksa harus menjadi teman untuk Maple. Semuanya menjadi tidak mudah.
Bagaimana pertemanan antara Blue Wing dan Maple terjalin?Lalu mengapa profesor sejarah mendadak melakukan ekspedisi di lautan? Siapa itu Xok? Dan yang paling terpenting, berhasilkah Blue Wing menjadi sang pemanggil hiu, menggantikan Siringen?
Dalam 317 halaman, segala pertanyaan di atas akan menjadi kisah luar biasa hangat dan penuh makna dalam.
Shark Caller tidak hanya menawarkan petualangan hebat di tanah Papua Nugini yang eksotis, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting dalam persahabatan, hubungan keluarga yang saling menyayangi, saling menghargai, dan yang paling penting… saling memaafkan.
Sebagai novel yang mengangkat tema lokalitas yang kental, Shark Caller turut mencampurkan beberapa kosakata bahasa masyarakat Tok Pisin, sehingga para pembaca bisa turut tergambar bahasa masyarakat lokal di sana.
(*)