Prilly mengatakan bahwa media dan selebritas memiliki hubungan sangat erat dan saling memanfaatkan satu sama lain. Selebritas menyediakan konten bagi media dan media memberikan publisitas untuk selebritas.
“Media jadi wadah dan tempat bagi selebritas untuk tumbuh, merintis karier meraih popularitas. Sementara media membutuhkan selebritas dengan popularitas tinggi untuk meningkatkan engagement dengan audiensnya,” jelasnya.
3. Berikan studi kasus kepada mahasiswa
Perempuan kelahiran 1996 itu menjelaskan, dirinya mengambil studi kasus dari luar negeri dan berkaitan dengan cancel culture atau budaya boikot untuk dijelaskan kepada para mahasiswa.
Contoh nyata terjadi kepada seorang aktor Hollywood yang terkena budaya boikot dan membuat kariernya hancur.
Maka, kajiannya adalah bagaimana agar aktor tersebut kembali bangkit, bagaimana caranya menghadapi masalah itu dan strategi apa yang digunakan.
“Kalau di Indonesia, cancel culture ini kan tidak terlalu parah ya. Kalau di luar negeri, parah banget, sampai semuanya benar-benar di-cancel. Sampai media pun gak mau publikasi beritanya. Maka, saya ambil kasus di luar negeri, seperti di Amerika dan Korea Selatan. Cancel culture di sana lebih kental,” terang pemain ‘Ganteng Ganteng Serigala’ itu.
Saat krisis selebritas, mengumpulkan fakta-fakta baik terkait selebritas yang tengah mengalami krisis sangat penting dilakukan.
Berikutnya tetap berhubungan baik dengan media agar dapat dengan mudah membuat berita baik dengan konten maupun konferensi pers.
Tak kalah penting, menjadi apa adanya agar audiens mempunyai relativitas dan dapat bersimpati dengan kondisi sebenarnya.