Find Us On Social Media :

Hadiahkan Masjid Megah untuk Presiden Jokowi, Inilah Sosok Sheikh Mohamed bin Zayed, Presiden UEA yang Karismatik

By None, Senin, 14 November 2022 | 07:45 WIB

Presiden Joko Widodo (kiri) tiba di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (3/11/2021) siang waktu setempat. Presiden Jokowi disambut langsung Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres

Pemikiran itu muncul terutama setelah Washington mengabaikan Hosni Mubarak di Mesir, selama Arab Spring 2011.

Saat itu, Sheikh Mohamed mengeluarkan peringatan "tenang dan dingin" dari basis kekuasaannya di ibu kota Abu Dhabi kepada Presiden AS saat itu, Barack Obama.

Menurut memoar Obama, MBZ meminta Washington untuk tidak mendukung pemberontakan yang dapat menyebar dan membahayakan pemerintahan dinasti Teluk, yang menggambarkan MBZ sebagai “Pemimpin Teluk yang paling cerdas".

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang bertugas di pemerintahan Biden, yang memiliki hubungan penuh dengan UEA dalam beberapa bulan terakhir, menggambarkannya sebagai ahli strategi yang membawa perspektif sejarah ke dalam diskusi.

“Dia akan berbicara tidak hanya tentang masa sekarang, tetapi kembali ke tahun, dekade, dalam beberapa kasus, berbicara tentang tren dari waktu ke waktu,” kata pejabat itu, sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Politik teluk MBZ

MBZ mendukung penggulingan militer pada 2013 terhadap presiden terpilih Ikhwanul Muslimin Mesir Mohamed Morsi, dan memperjuangkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) saat ia naik ke tampuk kekuasaan dalam kudeta istana 2017.

Penguasa Abu Dhabi ini juga memuji (MBS) sebagai orang yang bisa dihadapi Washington dan satu-satunya yang mampu membuka kerajaan Arab Saudi.

Didorong oleh hubungan hangat dengan Presiden AS Donald Trump saat itu, dua tokoh Teluk ini melobi agar Washington melancarkan kampanye tekanan maksimum di Iran.

Keduanya juga mendorong AS memboikot negara tetangga Qatar karena mendukung Ikhwanul Muslimin, dan meluncurkan perang yang mahal untuk mencoba mematahkan cengkeraman Yaman yang bersekutu dengan Houthi.

UEA juga terlibat dalam konflik dari Somalia ke Libya dan Sudan sebelum menjungkirbalikkan konsensus Arab selama beberapa dekade, dengan menjalin hubungan dengan Israel pada 2020, bersama dengan Bahrain.

Baca Juga: Erina Gudono Menjelma Jadi Putri Bangsawan Bali, Penampilan Calon Istri Kaesang Pangarep Malah Dibilang Mirip Iriana Jokowi