“Soal tanjakan atau turunan, saya sudah biasa karena saya berasal dari Pengalengan, daerah pegunungan, jadi tahu cara menyikapinya,” ujar Ai yang juga merasa disemangati dengan panduan sorak (cheering) di sepanjang rute.
Sebelumnya, Komite Borobudur Marathon yang terdiri atas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Bank Jateng, Harian Kompas, dan Yayasan Borobudur Marathon menjanjikan tambahan hadiah Rp27 juta bagi pemenang yang berhasil memecahkan rekor kecepatan pemenang Tilik Candi tahun lalu.
Dengan begitu, Ai mendapatkan hadiah utama Tilik Candi Rp15 juta, ditambah dengan bonus.
Sementara itu, pada podium kedua dan ketiga Tilik Candi putri berdiri Yulia yang mampu merampungkan setengah maratonnya dalam 1 jam 40 menit 54 detik dan Risa dengan catatan waktu 1 jam 42 menit 43 detik.
Kehangatan warga
Salah satu yang begitu khas dari perhelatan Borobudur Marathon adalah keterlibatan warga yang aktif dalam menyambut para pelari.
Pada rute Tilik Candi, peserta memang mulai berlari dari Taman Lumbini, lantas melewati sejumlah desa untuk kembali finish di Taman Lumbini.
Sepanjang rute, banyak warga berdiri di pinggir jalur berlari untuk meneriakkan kata-kata semangat.
Ribuan anak-anak dan remaja yang datang dari beragam sekolah secara kreatif menampilkan panduan sorak untuk memeriahkan suasana dan mendorong pelari untuk dengan gembira mencapai finish.
“Semangat, Mas!” pekik Istiqomah (54) dari bangku yang sengaja diangkutnya ke pinggir jalan untuk menonton Tilik Candi.
Pelari-pelari itu sedang melintasi desanya, Desa Ngroto. “Saya pernah dua kali ikut Borobudur Marathon waktu lomba ini diadakan awal-awal dulu, tahun 1990-an.”
Baca Juga: Ribuan Pelari Songsong Borobudur Marathon 2022, Hidupkan Wisata Olahraga di Magelang