Sementara itu, pada podium kedua dan ketiga Tilik Candi putri berdiri Yulia yang mampu merampungkan setengah maratonnya dalam 1 jam 40 menit 54 detik dan Risa dengan catatan waktu 1 jam 42 menit 43 detik. Kehangatan warga
Yang begitu khas dari perhelatan Borobudur Marathon adalah keterlibatan warga yang aktif dalam menyambut para pelari. Pada rute Tilik Candi, peserta memang mulai berlari dari Taman Lumbini, lantas melewati sejumlah desa untuk kembali finis di Taman Lumbini.
Sepanjang rute, banyak warga berdiri di pinggir jalur berlari untuk meneriakkan kata-kata semangat. Ribuan anak-anak dan remaja yang datang dari beragam sekolah secara kreatif menampilkan panduan sorak untuk memeriahkan suasana dan mendorong pelari untuk dengan gembira mencapai finis.
Baca Juga: Inspirasi Bekal Sekolah Anak: Resep French Toast Simpel dan Mengenyangkan untuk si Kecil
"Semangat, Mas!” pekik Istiqomah (54) dari bangku yang sengaja diangkutnya ke pinggir jalan untuk menonton Tilik Candi. Pelari-pelari itu sedang melintasi desanya, Desa Ngroto.
“Saya pernah dua kali ikut Borobudur Marathon waktu lomba ini diadakan awal-awal dulu, tahun 1990-an. Saya lari 10 kilometer dari Blondo ke Borobudur. Makanya sekarang juga saya senang sekali melihat para pelari ini,” Istiqomah bercerita.
Suasana meriah mewarnai rute, terutama karena adanya panduan sorak dari warga desa maupun sekolah-sekolah. Mereka menyanyi, menari, memainkan musik, dan mengenakan kostum-kostum bernapaskan adat daerah untuk menjaga energi para pelari.
Di salah satu titik misalnya, panggung kecil didirikan untuk pertunjukan kolintang dan bermacam dendang. Ini adalah persembahan dari SMPN 1 Kota Mungkid, Magelang.
“Untuk Borobudur Marathon ini, kami menyiapkan pertunjukan berupa orkestra kolintang dengan perpaduan gerak dan seni. Ada beberapa lagu daerah dan nasional yang dibawakan. Penampilnya 120 siswa yang diseleksi dari kelas 7 dan 8,” cerita Mohammad Yusup, Wakil Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Mungkid. Kelompok ini hanyalah salah satu dari puluhan penampil yang menyemarakkan Tilik Candi. Rayakan budaya
Ketulusan dan kehangatan warga serta budaya yang ditampilkan untuk para pelari adalah cerminan nyata apa yang diungkapkan Gubernur Jawa Tengah dan Direktur Bank Jateng Supriyatno sebelumnya, bahwa Borobudur Marathon adalah ajang wisata olahraga.
Selain menonjolkan pertandingan berlarinya itu sendiri, Borobudur Marathon selalu menjadi cara untuk merayakan kekayaan budaya lokal, baik lewat sambutan warganya maupun pengalaman lain yang ditawarkan Magelang.
Keseriusan untuk membangkitkan wisata olahraga juga tampak dari digelarnya Pasar Harmoni selama penyelenggaraan Borobudur Marathon 2022. Pasar Harmoni adalah bazar kuliner dan kriya khas Magelang dari kelompok Pawone, yang telah melalui proses kurasi dan pendampingan.