Grid.ID - Pilunya pria yang satu ini karena harus kehilangan 11 anggota keluarga setelah kejadian gempa Cianjur.
Pria berusia 45 tahun dengan nama Enjot itu terus berusaha mencari para kerabatnya.
Ketika kejadian, Enjot mengaku sedang menggembala, dan langsung bergegas pulang saat mendapat telepon dari putrinya.
Saat tiba di rumah dalam beberapa menit, ia melihat lingkungan di sekitar rumahnya sudah rata dengan tanah.
Kini, Enjot seperti para penduduk desa lainnya, dia berusaha menggali puing-puing untuk mencari anggota keluarganya.
Semenjak kejadian itu, tiba-tiba hidup Enjot merasa berubah.
"Hidup saya tiba-tiba berubah," kata Enjot yang dikutip TribunStyle.com dari The Associated Press via TribunBogor.
"Saya harus hidup (dengan cara ini) mulai sekarang," ujarnya.
Adanya kejadian tersebut, Enjot diberitahu oleh putrinya melalui sambungan telepon.
Hati yang terkaget mendengan peristiwa itu, ia langsung lari dan melompat ke sepeda motornya dan menancapkan gasnya ke perkampungannya.
Kaget bukan main saat itu, Enjot melihat rumah-rumah di kampungnya yang sudah rata dengan tanah atas bencana hemat tersebut.
"Pria, wanita, dan anak-anak menangis sementara orang-orang yang terjebak di dalam rumah yang roboh berteriak minta tolong," kenangnya.
"Saya melihat kehancuran yang mengerikan dan pemandangan yang menyayat hati," ujarnya.
Kebetulan, kata Enjot hari kejadian itu, kakak ipar dan dua anaknya sedang berkunjung ke kediamannya.
Mereka pun terjebak puing bangunan dan sempat berteriak meminta pertolongan.
Warga sekitar pun kata Enjot sempat mendengar teriakan tersebut dari balik reruntuhan bangunan.
Satu per satu kakak ipar dan kedua anaknya pun berhasil ditarik keluar puing bangunan yang sudah ambruk.
Kedua anaknya dan kakak ipar (wanita) Enjot mengalami luka parah pada bagian kepala hingga patah tulang.
Hal itu membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit untuk dilakukan penanganan medis.
Menurutnya, pada kejadian itu kakak ipar Enjot dan dua orang anaknya langsung dilarikan ke rumah sakit.
Saat itu, Enjot masih berusaha sekuat tenaga menggali puing bangunan untuk mencari keluarganya yang masih selamat.
Tetapi usahanya itu terhenti ketika akses jalannya tertutup hingga jembatan yang rusak.
Hingga akhirnya petugas pun turun tangan dan membawa alat berat untuk memindahkan puing-puing reruntuhan tersebut.
Tak lama, gempa susulan pun terjadi.
Pada gempa susulan ini, taj kauh dari kediaman Enjot, rumah kerabat Enjot ambruk dan menimpa seluruh penghuni di dalamnya.
Dalam rumah kerabatnya terdapat 7 orang yang berada di bangunan tersebut.
Saat itu, warga pun mencoba untuk menyelamatkannya, tetapi hanya emat tang berhasil diselamatkan dan 3 diantaranya meninggal dunia.
"Di desa tetangga, saudara perempuan saya, seorang sepupu dan enam kerabat lainnya tewas ketika rumah mereka runtuh," kata Enjot.
Diketahui, pusat gempa berada tepat di sebelah selatan kampung halaman Enjot.
Enjot pun merenung dengan kejadian yang menimpanya secara tiba-tiba ini.
Bahkan, ia juga bertanya-tanya apa yang akan selanjutnya terjadi setelah ini.
Dalam kejadian ini, kehidupan Enjot menjadi berubah drastis, bagaimana tidak dirinya harus kehilangan 11 keluarganya pada bencana gempa bumi ini.
Saat ini, ia tinggal di tenda pengungsian bersama ribuan warga yang terdampak lainnya.
Bahkan, faktor cuaca juga tetap menjadi kendala di dalam tenda.
Curah hujan tinggi dan angin kencang membuat Enjot dan pengungsi lainnya tidak nyaman.
"Situasinya lebih buruk daripada yang terlihat di televisi," kata Enjot.
"Kami kelaparan, kehausan, dan kedinginan tanpa tenda dan tidak punya pakaian yang memadai, tidak ada air bersih," katanya.
"Yang tersisa adalah pakaian yang saya kenakan sejak kemarin," ujarnya pilu.
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul
Ratapan Pilu Enjot Korban Gempa Cianjur, 11 Anggota Keluarganya Meninggal: Hidupku Tiba-tiba Berubah
(*)