Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Seorang remaja ditangkap polisi karena diduga membunuh kakak, ibu, dan ayahnya sendiri.
Melansir Kompas.com pada Rabu (30/11/2022), pelaku yang berinisial DDS merupakan anak kedua dari keluarga ini, ia tega menghabisi nyawa ayahnya bernama Abbas Ashar (58), ibu pelaku Heri Riyani (54), dan kakak pelaku Dhea Choirunnisa (24).
DDS diam-diam menyelinap ke dapur dan mencampur racun yang dibeli secara online ke dalam teh dan kopi.
"Dia (tersangka) memasukkan racun arsenik pakai 2 sendok ke dalam teh dan kopi yang setiap pagi disajikan oleh ibunya," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Magelang AKBP Muchamad Sajarod Zakun.
"Ketika ibunya keluar dari dapur, tersangka mencampurkannya," sambungnya.
Korban disebut meninggal duni dalam waktu 25 hingga 30 menit sesudah meminum racun, hal ini diungkap Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Kepolisian Daerah (Polda) Jateng dr Sumy Hastry Purwanti.
Baca Juga: Heboh Satu Keluarga di Magelang Meninggal Usai Diracun Anak Kedua, Begini Pengakuan Pelaku
"Kadarnya racun ya sangat mematikan karena bisa 3 orang dewasa meninggal karena (minum) cairan yang ada racunnya itu," ucap Sumy Hastry Purwanti.
"Jenis racunnya zat beracun ya bisa golongan sianida, golongan arsenik, golongan yang lain seperti itu. Kadarnya juga sangat tinggi," ungkapnya.
Melansir Tribunnewsmaker.com, DDS rupanya sudah 2 kali mencoba meracuni keluarganya.
Pada percobaan pertama ia memakai dawet tetapi karena dosis racunnya kurang, nyawa kedua orang tua dan kakaknya pun masih selamat.
"Rabu yang lalu sudah mencoba (meracuni para korban). Beli dawet( sudah dibubuhi racun) untuk beberapa orang, tapi tidak sampai menyebabkan kematian. Kadarnya rendah, hanya mual-mual,"jelas Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun.
DDS menambahkan dosis racun ke dalam teh dan kopi yang diberikan ke kedua orang tua dan kakaknya pada percobaan kedua.
DDS pun diketahui tega membunuh orang tua dan kakaknya karena anak kedua ini merasa sakit hati dibebani oleh perekonomian keluarga.
Sang ayah baru saja pensiun dan butuh banyak biaya untuk terapi pengobatan, sumber penghasilan keluarga hanya dari pensiunan sang ayah.
Sementara Dhea dan DDS sama-sama sedang tak bekerja, Dhea sendiri baru saja keluar dari pekerjaannya.
DDS sakit hati karena ia merasa bahwa hanya ia yang dibebani biaya keluarga, hal-hal inilah yang menjadi motif pembunuhan DDS.
"Anak pertama (Dhea) sempat bekerja, tapi sekarang sudah keluar, sedangkan anak kedua tidak bekerja," kata Sajarod.
"Tapi dia (Dhio) dibebani untuk membantu keuangan keluarga. Hal itulah yang membuat pelaku sakit hati," tambahnya.
(*)