Kemudian level paling tinggi adalah awas.
Karena erupsi Gunung Semeru sudah masuk level tiga, ada sejumlah imbauan yang perlu dilaksanakan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar Gunung Semeru demi keselamatan jiwa.
Berikut tiga hal yang harus dilakukan masyarakat terkait erupsi Gunung Semeru.
1. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
2. Di luar jarak tersebut, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terdampak perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
3. Tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
4. Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Terkait dengan erupsi Gunung Semeru kali ini, ada satu fakta menarik yang sangat mengejutkan.
Pasalnya, hari ini tepat setahun setelah erupsi Gunung Semeru satu tahun yang lalu.
Baca Juga: UPDATE Gunung Semeru, Alami 27 Kali Gempa Erupsi sang Mahameru Kembali Dinyatakan Siaga Level 3
Ya, dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (4/12/2022), Gunung Semeru sempat erupsi pada 4 Desember 2021.
Saat itu, erupsi Gunung Semeru disebabkan oleh gundukan atau kubah lava yang gugur akibat hujan.
"Semeru sering terjadi letusan berupa gas, uap, abu vulkanik, tapi dia cuma mengeluarkan lelehan lava yang membentuk gundukan atau kubah lava," ujar Surono, seorang ahli vulkanologi.
"Gundukan ini makin lama makin besar volumenya."
"Nah, musim hujan ini bisa jadi membuat kubah lava sebagian menjadi batu, sebagian lagi masih cair longsor," lanjut mantan kepala PVMBG ini.
(*)