Demi membayar biaya sekolah, Jeric pun harus bersusah payah kerja serabutan.
Ia bekerja menjadi pelayan di gerai makanan cepat saji di sebuah pabrik di Quezon.
Tak hanya menjadi pelayan, Jeric pun pernah menjadi pembantu rumah tangga.
Untungnya, Jeric dikelilingi para dosen yang begitu baik padanya.
Apalagi setelah mendengar cerita Jeric, banyak dosen yang menaruh simpati padanya.
Mereka menawari Jeric makan, memberi uang untuk ongkos dan perlengkapan sekolah, bahkan menyambut Jeric di rumah mereka.
Ketika hari kelulusan kuliah tiba, Jeric tidak pernah kehilangan harapan bahwa orang tuanya akan datang dan melihatnya.
Tapi, sama seperti wisuda sebelumnya, mereka tidak pernah datang.
Saat namanya dipanggil untuk naik ke panggung, Jeric mencoba berjalan dengan rasa bangga.
Hingga pada akhirnya Jeric pun tak kuasa menahan tangis lantaran orangtuanya kembali tidak datang.