Mungkin kondisi mentalnya yang berkecamuk itu. MDN sekonyong-konyong meletakkan keresek berisi jasad bayinya itu di teras sebuah warung makan Jalan Menanggal V, Gayungan, Surabaya.
Berdasarkan perhitungan Google Maps, jarak kos tersangka dengan warung tempat dirinya membuang jasad tersebut, sekitar 500 meter atau dengan waktu tempuh dua menit berkendara motor.
MDN menuju lokasi tersebut untuk membuang jasad bayinya yang terbungkus buntalan kain dalam kantung kresek putih itu, mengendarai sepeda angin berwarna hitam miliknya.
"Iya di rumah (melahirkan dan bunuh bayinya). Di keranjang pakaian. Selama 2 hari (simpan mayat)," terangnya.
Selama ini, MDN juga menyembunyikan kondisi kehamilannya itu dari sang suami.
Setiap ditanya mengenai kondisi perutnya yang makin membuncit setiap harinya, ia akan beralasan akibat efek pembengkakan setelah mengikuti program suntik dan mengonsumsi pil keluarga berencana (KB).
Ia juga mengelabui sang suami yang bertanya mengenai adanya bercak bekas darah saat dirinya melahirkan di dalam kamar mandi, sepulang mengojek, pukul 23.00 WIB, hari itu.
MDN berdalih, bekas bercak tersebut merupakan bercak darah bekas dirinya datang bulan.
"Dulu pernah KB suntik 3 bulan. Dan KB Pil. Suami sudah curiga tapi saya tutupi. Saya bilang saya sedang datang bulan," katanya.
Mengenai latar belakang hubungan pernikahan MDN dengan suaminya yang menikahinya secara siri, MDN mengaku berkenalan melalui Facebook.
Mereka akrab senjak bekerja sebagai tenaga kerja indonesia (TKI) di Hongkong, beberapa waktu lalu.
Setelah kembali ke tanah air, keduanya hanya bertemu dua kali, lalu memutuskan melangsungkan pernikahan.