Adapun, roda pendaratan tersebut mempunyai ukuran 81 sentimeter dan 71,12 sentimeter.
Ahli mengatakan, Zaharie kemungkinan sengaja mencelakai seisi pesawat lantaran tindakan yang dilakukan tidak mencerminkan pendaratan darurat pesawat yang semestinya di atas air.
Menurut mereka, pilot seharusnya tetap menjaga roda pendaratan dan mempertahankan kecepatan rendah supaya selalu terkendali.
Seperti yang dilakukan pilot asal AS Chesley 'Sully' Sullenberger pada 2009 yang pernah melakukan pendaratan darurat ketika mengemudikan Airbus di sungai Hudson, New York, AS.
Dibukanya roda pendaratan, kata ahli, tentunya menyebabkan benturan keras bagi pesawat ketika menghantam air.
Akibatnya adalah pesawat menjadi pecah ketika berbenturan dengan air yang pada gilirannya memperkecil peluang untuk bertahan hidup.
"Kombinasi dari kecepatan tinggi yang dirancang untuk memecah pesawat dan roda pendaratan yang diperpanjang yang dirancang untuk menenggelamkan pesawat secepat mungkin menunjukkan maksud yang jelas untuk menyembunyikan bukti kecelakaan," kata ahli.
Dugaan pilot MH370 bunuh diri
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan MH370 berbelok tajam dari rutenya ke Beijing, China menuju Samudera Hindia.
Tapi, berkembang dugaan bahwa Zaharie mengalami kesepian, kesedihan, termasuk depresi klinis sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidup ketika menahkodai MH370 dari Kuala Lumpur menuju Beijing.
Zaharie yang berusia 53 tahun diduga kuat sebagai otak di balik hilangnya MH370 sebenarnya adalah pilot kawakan di Malaysia Airlines.