Grid.ID - CEO Twitter, Elon Musk melakukan jajak pendapat di akun media sosialnya, Minggu (18/12/2022).
Melalui akun Twitter miliknya, Elon Musk menanyakan apakah ia harus mundur sebagai CEO perusahaan media sosial yang baru dibelinya itu.
Elon Musk mengatakan bahwa ia akan menerima apa pun hasil jajak pendapat tersebut.
Jajak pendapat itu dijadwalkan ditutup hari ini, Senin (19/12/2022), sekitar pukul 11:20 GMT.
Namun, miliarder itu tidak memberikan perincian kapan dia akan mundur dari posisi CEO Twitter jika hasil jajak pendapat itu mengatakan dia harus mundur.
Melansir dari Reuters, Musk mengatakan kepada pengadilan Delaware, Amerika Serikat pada bulan lalu, dia akan mengurangi waktunya di Twitter dan akan menemukan pemimpin baru untuk menjalankan perusahaan.
Jajak pendapat tersebut dilakukan setelah Twitter memperbarui kebijakannya pada Minggu, dengan melarang akun 'yang dibuat semata-mata untuk tujuan mempromosikan perusahaan media sosial lain' dan 'konten yang berisi tautan atau nama pengguna untuk platform saingan' Twitter.
Beberapa menit sebelum jajak pendapat dimulai, Musk meminta maaf dan men-tweet, "Ke depan, akan ada pemungutan suara untuk perubahan kebijakan besar."
Beberapa jam kemudian, Twitter memulai jajak pendapat yang menanyakan pengguna apakah platform tersebut harus memiliki kebijakan yang mencegah akun yang mengiklankan platform media sosial lainnya di Twitter.
Pembaruan kebijakan akan mempengaruhi konten dari platform media sosial seperti Facebook dan Instagram, termasuk Mastodon, Truth Social, Tribel, Nostr, dan Post untuk melakukan posting lintas konten, kata Twitter dalam tweet-nya.
Sementara platform video pendek TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance Ltd China, tidak termasuk dalam daftar larangan Twitter.
Mantan CEO Twitter Jack Dorsey, yang baru-baru ini berinvestasi di platform media sosial Nostr, membalas postingan Twitter dengan satu kata: "Mengapa?"
Dalam postingan pengguna lain yang membahas larangan promosi Nostr, Dorsey membalas, "tidak masuk akal".
Pekan lalu, Twitter membubarkan Dewan Kepercayaan dan Keamanannya, sebuah kelompok sukarelawan yang dibentuk pada 2016 untuk memberi nasihat kepada platform media sosial itu mengenai keputusan yang harus diambil platform tersebut.
Perubahan kebijakan mengikuti tindakan kacau lainnya di Twitter sejak Elon Musk, yang juga CEO Tesla, membeli perusahaan media sosial tersebut.
Dia memecat manajemen puncak dan memberhentikan sekitar setengah dari tenaga kerja Twitter, serta merencanakan masa depan untuk layanan berlangganan Twitter Blue.
Musk juga menangguhkan akun beberapa jurnalis atas kontroversi penerbitan data publik tentang pesawat miliarder itu.
Musk mengaktifkan kembali akun-akun jurnalis tersebut setelah mendapat kritik dari pejabat pemerintah, kelompok advokasi, dan beberapa organisasi jurnalisme pada Jumat (16/12/2022), dengan beberapa orang mengatakan Twitter telah membahayakan kebebasan pers.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Elon Musk Buat Jajak Pendapat: Apakah Saya Harus Berhenti Jadi CEO Twitter?