Grid.ID – Di era modern, perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi sosok yang mandiri secara finansial. Namun realitanya, potensi kepemimpinan perempuan masih belum optimal.
Dalam banyak bidang, posisi pemimpin masih didominasi laki-laki. Selain itu, tak sedikit perempuan juga kerap merasa tidak mampu atau rendah diri ketika ingin mencoba mandiri secara finansial.
Untuk mendukung kesetaraan gender, yang menjadi salah satu tujuan sustainable development goals (SDGs), berbagai upaya dilakukan Indonesia.
Salah satunya, melalui Strategi Pengarusutamaan Gender (PUG) yang digagas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
Upaya lain yang juga dilakukan Kemen PPPA untuk perempuan berdaya secara mandiri adalah dengan mengadakan ruang diskusi. Salah satunya, acara bertajuk “Inspirasi Perempuan Indonesia Fest 2022” yang diselenggarakan pada Jumat (16/12/2022) dan Sabtu (17/12/2022), di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
Baca Juga: 'Dukung Emansipasi Wanita' Ringgo Agus Rahman Ungkap Keinginan Jadi Bapak Rumah Tangga
Pada acara yang diselenggarakan dengan menggandeng Harian Kompas tersebut, terdapat empat narasumber yang hadir sebagai pembicara. Mereka adalah Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang, Ketua DPR Dr (HC) Puan Maharani, seniman visual Diela Maharanie, serta violinist Tara Adia.
Agenda hari pertama diisi oleh paparan dari Diela dan Tara. Keduanya menceritakan lika-liku perjalanan hingga bisa berdaya, baik dari segi karier maupun finansial.
Kisah pertama dibuka oleh Diela Maharani. Sebagai anak seorang penjahit, ia kerap meminta sang ibu untuk mengajarinya membuat pola dan motif, mengenal tekstur, memilah-milah lembaran bahan, serta mendesain baju.
Seiring berjalannya waktu, Diela terus memupuk minat seninya dengan melukis. Tak hanya belajar secara otodidak, ia juga rela meluangkan waktu untuk mengikuti les melukis ketika duduk di bangku SD.
Namun, kegemarannya sempat terhenti ketika menginjak bangku kuliah. Alih-alih masuk jurusan seni, Diela justru memilih jurusan akuntansi agar bisa menjadi seorang akuntan.
Akuntan, diakui Diela, merupakan profesi yang menyenangkan. Akan tetapi, ia menyadari bahwa bahwa akuntan bukanlah profesi yang ia impikan. Akhirnya, ia pun memilih untuk menempuh jalannya sendiri dengan meninggalkan dunia akuntansi dan menjadi seorang ilustrator. Kini, perempuan kelahiran 1983 ini dikenal sebagai salah satu seniman muda dalam negeri yang bertalenta.
Lewat karya ilustrasi miliknya, Diela telah mengharumkan nama bangsa di ranah seni dunia. Pada 2010, ia pun terpilih untuk mengikuti ajang pameran South by Southwest SXSW di Austin, Texas. Tidak berhenti sampai di situ, karyanya juga pernah ditampilkan pada pameran di beberapa negara besar di dunia, seperti Hongkong, Paris, dan Amerika.
Violinist yang berkarakter
Sama seperti Diela, Tara Adia Prawidaninggar juga memiliki darah seni yang kental sejak belia. Sebagai putri dari seorang diva keroncong, Indra Utami Tamsir, Tara sudah memimpikan karier yang serupa dengan sang ibu sejak kecil.
Tak heran, dalam hal pendidikan, Tara memilih untuk bersekolah di sekolah kejuruan musik, serta melanjutkan kuliah di Institut Kesenian Jakarta jurusan Seni Pertunjukan Musik.
Darah musik kental yang diwarisi orangtuanya menjadi penyemangat Tara untuk terus meniti kariernya di industri musik. Tidak hanya menciptakan lagu serta bernyanyi, Tara juga piawai memainkan sejumlah alat musik seperti biola, gitar, dan piano.
Seiring berjalannya waktu, Tara pun mulai mengembangkan minatnya ke dunia seni peran. Pada 2018, Tara sukses membintangi film Indonesia pertamanya sebagai pemeran utama yang berjudul Sara&Fei: Stadhuis Schandaal.
Meski sukses berkarier sebagai publik figur, Tara mengaku, diperlukan kesabaran serta kegigihan dalam menekuni cita-citanya. Oleh sebab itu, baik Tara maupun Diela menyarankan untuk menikmati setiap proses yang terjadi dan sabar menghadapi segala rintangan karena setiap orang memiliki jalannya masing-masing.