Pertama dari pemerintah, Keraton Kasunanan Surakarta yang sudah menyatakan bergabung dengan negara kesatuan republik Indonesia tapi produk-produknya belum bisa mengakomodir semua kalangan.
"Justru keputusan-keputusan pemerintah itu, mengakibatkan kasunanan itu terpecah-pecah," kata dia.
"Ada kubunya Gusti Tedjo, ada kubunya Sinuhun sendiri dan ada kubu LDA atau Gusti Moeng," ujar Nugroho.
Kemudian, dari Raja sendiri menurutnya juga gagal memimpin Keraton Kasunanan Surakarta.
"Keraton kan sudah ada rajanya. Otomatis semua harus wajib tunduk, tunduk akan perintah-perintah beliau, sabda-sabda beliau dan seterusnya," papar dia.
Akan tetapi, lanjutnya manajemen Sinuhun PB XIII gagal.
Ada dua hal yang krusial dalam konteks kekuasaan.
Raja tak mampu merangkul semua kubu.
Sehingga kubu-kubu di internal Keraton ini tumbuh subur sampai sekarang.
"Raja sebenarnya berhak menumpas lawan-lawan politiknya. Kalau tidak suka dengan katakanlah LDA, dan itupun (penumpasan) tidak mampu dilakukan oleh manajemen Pakubuwono XIII, akhirnya yang terjadi berkelanjutan terus menerus," pungkasnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Cucu PB XI Angkat Bicara Soal Konflik Keraton Solo, Ungkap Penyebab Konflik Tumbuh Subur