Find Us On Social Media :

Tinggal di Rumah Mewah Tanpa Listrik dan Air, Eny Sukaesih Sempat Minta Sumbangan untuk Beli Lilin

By Ragillita Desyaningrum, Kamis, 5 Januari 2023 | 19:26 WIB

Kondisi rumah Eny Sukaesih dan Tiko di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/1/2023).

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum

Grid.ID – Pemilik rumah mewah yang terbengkalai di Cakung sejak tahun 2010, Eny Sukaesih, kini dirawat di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit.

Wanita berusia 58 tahun ini disebut mengalami gangguan jiwa dan depresi sehingga membutuhkan penanganan medis.

Namun, sebelum kondisinya separah ini, Eny Sukaesih sempat berupaya untuk menyambung hidupnya dan putranya, Tiko (23).

Menurut ketua RT setempat, Noves Haristedja, Eny dulunya sempat meminta sumbangan untuk membeli lilin melalui surat.

Ini lantaran rumah mewah yang ditinggali Eny dan Tiko sudah diputus aliran listrik serta air bersih.

Merasa iba, para warga setempat akhirnya banyak memberikan sumbangan untuk membeli lilin dan makanan.

“Ibunya nulis surat minta bantuan untuk beli lilin karena listrik kan diputus ya. Untuk beli lilin, sekadar makan, itu banyak dari warga nyumbang ke dia,” kata Noves kepada Grid.ID di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/1/2023).

Selain itu, Noves mengungkapkan bahwa dulunya Tiko juga sempat berkeliling untuk meminta sumbangan para warga.

Kemudian Tiko sempat berusaha menyambung hidup dengan menjual barang-barang yang tersisa di rumahnya.

Noves sendiri mengaku pernah membeli barang yang dijual Tiko, meskipun sebenarnya ia tidak butuh barang tersebut.

Baca Juga: Kisah Tiko Rawat Ibu ODGJ Selama 11 Tahun di Rumah Mewah Tanpa Air dan Listrik Viral, Kini Hunian Megahnya Bikin Pangling Setelah Disemprot Petugas Damkar, Kotoran Langsung Rontok!

“Kadang juga perabotan dia yang ada, dijual-jualin. Pernah (nawarin) ke saya juga, barang yang mungkin saya tidak gunakan tapi ditawarkan, ya udah saya beli, sekadar membantu Tiko,” papar Noves.

Seiring berjalannya waktu, ketika Noves dipercaya untuk menjadi ketua RT setempat di tahun 2015, Tiko ditawari untuk bekerja sebagai petugas keamanan komplek.

Sempat tidak diizinkan oleh sang ibu, Tiko akhirnya bisa menyambung hidup dengan menjadi satpam di kompleknya hingga sekarang.

Walau gajinya sebagai satpam komplek tidak besar, Tiko masih sering mendapatkan sumbangan dari warga.

“Memang (gaji) tidak seperti keamanan lain ya, karena kan di sini bukan merekrut keamanan profesional ya," tuturnya.

"Kisaran Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000 per bulan. Itu belum kalau ada sumbangan-sumbangan lain,” pungkas Noves.

(*)