Find Us On Social Media :

Imlek 2023: Arti Cap Go Meh dan Sejarah Perayaannya, Ternyata Cuma Ada di Wilayah Ini

By Mentari Aprelia, Selasa, 17 Januari 2023 | 14:57 WIB

Dirayakan usai Imlek 2023, ini arti Cap Go Meh dan sejarahnya

Laporan Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia

Grid.ID - Tahun baru Imlek 2023 tentu tak lepas dari perayaan Cap Go Meh.

Cap Go Meh pada umumnya dirayakan pada hari ke-15 setelah tahun baru, termasuk dalam Imlek 2023 ini.

Pada tahun ini, Imlek 2023 jatuh di tanggal 22 Januari.

Itu artinya Cap Go Meh jatuh pada Minggu (5/2/2023).

Apa sebenarnya arti Cap Go Meh? Bagaimana pula sejarah perayaannya?

Berikut penjelasan lengkapnya.

Arti Cap Go Meh

Dilansir dari TribunSumsel.com, Selasa (17/1/2023), istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien "Chap Goh Meh" (十五冥) yang berarti malam kelima belas.

Istilah ini umum digunakan oleh Tionghoa Indonesia dan Malaysia.

Di Tiongkok, nama yang umum adalah festival lampion (元宵節; Pinyin: yuánxiāo jié).

Baca Juga: Resep Hidangan Khas Imlek 2023, Ada Mie Hokkian hingga Yu Sheng Salad, Yuk Cobain!

Cap Go Meh adalah akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang dilakukan tiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa.

Perayaannya diawali dengan berdoa di wihara, kemudian dilanjutkan dengan iringan kenong dan simbal serta pertunjukan barongsai dan pertunjukan tradisional Tionghoa.

Sebutan Cap Go Meh, menurut Dwi Susanto (Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta), hanya dikenal di Indonesia saja.

Hal tersebut dikarenakan pengaruh dari bahasa Hokkien. Sementara di wilayah negara lain, penyebutan untuk perayaan hari kelima belas setelah Imlek berbeda-beda.

Cap Go Meh dalam konteks internasional disebut juga dengan Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion). Sedangkan di wilayah Tiongkok, perayaan tersebut dikenal sebagai Yuánxiojié atau Shàngyuánjié.

Sejarah Cap Go Meh

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (17/1/2023), festival Lentera atau Cap Go Meh dapat ditelusuri hingga era Dinasti Han, sekitar tahun 206 SM hingga 220 M.

Saat itu, para biksu Buddha menyalakan lentera pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek untuk menghormati Sang Buddha.

Ritual tersebut kemudian diadopsi oleh masyarakat umum dan menyebar hingga ke seluruh China serta beberapa wilayah Asia.

Ada pula sebuah legenda yang mengisahkan asal muasal festival lentera ini.

Dikisahkan, Kaisar Giok atau Jade Emperor (You Di) marah pada penduduk di sebuah kota karena membunuh angsa miliknya.

Baca Juga: 5 Warna Keberuntungan di Tahun Baru Imlek 2023 Menurut Feng Shui, Ada Merah hingga Biru

Dia berencana ingin menghancurkan kota tersebut dengan cara membakarnya.

Namun, rencana itu digagalkan oleh peri yang menyarankan penduduk untuk menyalakan lentera di seluruh kota pada hari ketika Kaisar Giok membakar kota tersebut.

Kaisar Giok yang melihat cahaya berkobar dari lentera, mengira bahwa kota itu telah dilalap api, sehingga membatalkan rencananya.

Kota tersebut pun terhindar dari amarah Kaisar Giok.

Sebagai wujud rasa syukur, orang-orang terus memperingati momen ini dengan memasang lentera warna-warni di seluruh kota setiap hari ke-15 setelah Imlek.

(*)