Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Falcon Pictures akan segera merilis film horor terbaru berjudul Para Betina Pengikut Iblis yang akan tayang pada 16 Februari 2023 mendatang di seluruh bioskop tanah air.
Artis yang ikut serta bermain di film ini antara lain Mawar Eva de Jongh, Hanggini, Sara Fajira, Adipati Dolken, hingga Hans de Kraker.
Film ini berkisah tentang tiga perempuan yang menggadaikan iman dan menjadi budak iblis demi balas dan kenikmatan duniawi.
Sutradara film, Rako Prijanto, mengungkapkan bahwa dirinya mendapat inspirasi cerita film ini ketika ia sedang dalam perawatan di rumah sakit.
Kemudian, kondisi kesehatannya yang menurun tersebut membuat spiritual Rako Prijanto terpanggil dan mengingat surat-surat Al-Quran.
"Inspirasi datang ketika saya sakit, saya di rumah sakit seinget saya gak dikasih obat penenang, tapi saya melihat sesuatu yang kemudian saya kembalikan ke agama," ungkap Rako Prijanto saat ditemui Grid.ID di kantor Falcon Pictures, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (27/1/2023).
"Karena di surah An-Nas kita harus mengembalikan ke Yang Mahakuasa, terus Ali Imran bicara soal infaq dan berserah diri, terus Al-Humajah soal penyakit hati yang bisa bikin kita disiksa di neraka kurang lebih gitu, ini ceritanya saya 2-3 bulan," tuturnya.
Rako Prijanto pun juga menjelaskan surat Al-Quran tersebut menceritakan tentang iblis yang mengganggu manusia.
"Al Imran, An Nass dan Al Humajah, jadi ini gimana para iblis mengganggu manusia dan utamanya para perempuan."
"Ini saya sebut unik karena ini ada slashernya, terus spiritual horor, dan creature, di sini ada iblis yang diperankan Adipati karakternya cukup unik ya," ungkap Rako Prijanto.
Baca Juga: Mawar De Jongh Ungkap Fakta Film Horor Para Betina Pengikut Iblis
Di samping itu, Rako Prijanto juga menjelaskan alasan dirinya membuat judul filmnya Para Betina Pengikut Iblis.
"Soal judul saya tuh kayaknya nggak tega menggunakan kata perempuan, di bayangan saya perempuan itu adalah indah dan harus dijaga, nggak berhak jadi pengikut iblis, jadinya saya pilih kalimat betina," jelas Rako Prijanto.
Lebih lanjut, Rako Prijanto mengungkapkan latar waktu dan latar tempat yang dipilihnya untuk film ini.
"Sekiranya 40-an hari, tempatnya nggak jauh, ada di Parung, Jonggol dan Bogor," ujarnya.
"Ini kan settingnya Indonesia tahun 60-an. Production design ini terjadi di budayanya campur, ada Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali," ungkap Rako Prijanto.
(*)