Grid.ID - Baru-baru ini, viral seorang ibu buat status WA pamer baru saja kerokan pada punggung bayinya.
Status WA yang memperlihatkan foto kerokan pada bayi itu seketika viral di media sosial.
Salah satunya seperti yang terlihat dalam unggahan Instagram @suarabergema2.id, pada Minggu (30/1/2023).
Dalam unggahan tersebut, terlihat seorang bayi tengkurap di kaki seorang wanita dengan punggung yang sedang dikerokin.
"Anak bayik dikerokin anteng banget, kalau yang lain mah udah ngereog #goodboy," tulis keterangan dalam unggahan tersebut.
Lantas muncul beragam komentar terkait postingan tersebut.
Pro dan kontra dari netizen meramaikan postingan foto bayi kerokan tersebut.
Ada yang beranggapan boleh, tapi tak sedikit orang yang mengatakan tidak boleh.
Oleh karena itu, mari simak penjelasan dokter di bawah ini.
Sebagai informasi, unggahan foto tersebut semula diposting oleh akun @convomf, pada Kamis (26/1/2023).
Hingga Jumat (27/1/2023) siang, unggahan foto itu telah di re-tweets sebanyak 838 dan disukai 15.500 warganet.
Lantas, bolehkah punggung anak bayi "dikerokin"?
Kulit bayi tipis
Di Indonesia, kerokan umumnya dilakukan untuk mengatasi gejala masuk angin pada seseorang.
Kerokan dilakukan dengan menggosokkan benda tumpul, seperti pinggiran uang logam ke kulit bagian punggung.
Sekilas, tindakan ini dilakukan untuk tujuan baik agar tidak masuk angin. Tapi, bagaimana jika orang yang kerokan adalah seorang bayi?
Menurut dokter spesialis anak Prof Soedjatmiko, bayi yang punggungnya dikerokin bisa menimbulkan bahaya.
"Kulit bayi masih tipis," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/1/2023).
Ia menyatakan, punggung bayi yang masih lemah akan rentan terluka saat dikerokin.
Soedjatmiko menjelaskan, kulit bayi yang tipis membuatnya mudah lecet jika terkena benda keras. Kulit yang lecet akan mudah terkena kuman.
Selain itu, ia menambahkan, bayi akan merasa perih saat kulit yang lecet terkena air atau keringat.
Hanya menyakiti anak
Sementara itu, dokter anak Tisnasari Hafsah juga tidak menganjurkan anak bayi kerokan.
"Wah, kulitnya masih terlalu halus ya. Juga otot dan organ-organ lain masih berkembang," ujarnya, terpisah.
Tidak hanya kerokan, ia bahkan tidak menganjurkan anak untuk dipijat dengan ditekan berlebihan.
"Apalagi dikerok, sepertinya hanya akan menyakiti anaknya, ya," tambahnya.
Di sisi lain, Tisnasari tidak menampik kemungkinan anak tidak merasa terganggu saat dikerokin.
Ia menyebut bisa saja orang tua melakukan kerokan kepada anaknya dengan pelan atau tidak ditekan melainkan sekadar usapan.
Namun, ia menegaskan, ini kembali lagi ke keadaan anak bayi tersebut.
"Yang penting anak enggak boleh menderita atau kesakitan. Anak harus nyaman, bahagia, dan confidence," katanya lagi.
Sejauh ini, pihaknya belum menemukan bukti bahwa kerokan dapat menjadi salah satu pengobatan untuk mencegah anak masuk angin.
Solusi masuk angin pada anak
Daripada kerokan, Tisnasari menyarankan agar orang tua memberikan ASI dalam jumlah lebih sering kepada anak yang masuk angin.
Selain itu, orang tua boleh mengusap perut dan punggung anak dengan minyak atau krim yang menghangatkan.
Tapi, ia melarang orang tua memakaikan minyak yang terlalu panas kepada anak. Contoh minyak yang bisa digunakan pada anak adalah minyak kayu putih.
Artikel ini telah tayang di laman Kompas.com dengan judul: Viral, Foto Bayi "Dikerokin", Berbahayakah? Ini Penjelasan Dokter... (*)