Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Musisi Ardhito Pramono dan Igditaf hadir di acara ulang tahun ke-3 platform digital kolaborasi industri hiburan, Eventori, Kamis (2/2/2023).
Tak sekedar hadir, Ardhito Pramono dan Igditaf juga menjadi pembicara pada salah satu rangkaian acara bertajuk Eventori Universe: Indonesia Entertainment Outlook 2023 yang digelar di Bengkel Space, SCBD, Jakarta Selatan.
Dalam talkshownya Ardhito Pramono dan Igditaf menyuarakan berbagai pandangan, analisa, masukan serta solusi terkait pengembangan industri demi melahirkan insight baru terhadap industri hiburan tanah air.
Ardhito Pramono mengungkapkan bahwa kendala dirinya sebagai musisi selama ini tidak leluasa mengekspresikan diri saat memproduksi sebuah lagu.
Pasalnya, seorang musisi seriang kali terusik pada komersial lagu dibandingkan kejujuran dalam berekspresi.
"Kendala di industri musik sih sering banget kita, gue sih sempet alamin sih maksudnya dalam sebuah penulisan lagu yang kita express bukan sebuah idealisme atau kekuasaan dalam menciptakan sebuah karya atau menulis sebuah karya melainkan numbers. Itu yang kadang-kadang akan mengganggu kinerja kita untuk mampu berpuluh-puluh kali gitu untuk memainkan lagu yang sebenernya kita gak suka dan ngeplease bukan dirinya sendiri. Jadi kendalanya adalah berbohong sama dirinya sendiri sih, karena kalau misalnya kita udah nulis sesuatu kita harus suka dulu baru apresiator baru suka sama apa yang kita suka," ungkap Ardhito Pramono saat dipantau Grid.ID di kawasan Bengkel SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (2/2/2023).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Igditaf yang juga memikirkan segi idealisme dibandingkan komesil dalam lagu.
"Untuk orang-orang kayak aku atau mungkin musisi juga kayak Kak Ditho pasti kita tuh lebih 'ada idealismenya' gitu loh, yang paling penting dari kita itu kan bukan engagement tapi yang penting untuk kita berdua itu community gitu. Maksudnya community kita itu udah pasti mau nerima mau nelen apa aja yang kita kasih makan gitu," ungkap Igditaf.
Berbeda dengan konten kreator yang memproduksi karya dengan lebih mengikuti trend.
"Sedangkan kalau content creator pasti orang pengen liat “coba orang ini ngelakuin trend itu orang bakal gimana?” Jadi pasti setiap orang punya persepsi beda-beda ngeliat trend yang berubah-ubah dan sosial media yang begitu cepat hal-hal baru tapi kalau untuk aku, aku jujur nggak begitu terusik tapi mantau aja," ungkap Igditaf.
Oleh karena itu, mempertahankan jati diri dalam bermusik merupakan tantangan para musisi saat ini.
"Mempertahankan otentik dan orisinil, karakteristik kita gitu. Tiap tahun itu akan ada banyak banget musisi pendatang baru, orang-orang baru dan mereka punya sesuatu yang dibawa ke industri dan harapannya berbeda gitu. Nah gimana caranya terus menjadi beda dan bagi yang udah ada di industri yang masih berjuang yang lagi berjuang, gimana caranya kita tetep ngegali diri sendiri, musiknya kita ubah lagi, kita beri warna baru tapi itu tetap idgitaf gitu. Itu tetep mempertahankan komunitas yang udah ada bahkan lebih besar lagi," tutup Igditaf.
(*)