Laporan Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia
Grid.ID - Gempa berkekuatan M 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah kini sedang jadi perhatian warga internasional.
Pasalnya, gempa yang terjadi pada Senin (6/2/2023) sekitar pukul 4.17 waktu setempat ini menimbulkan kerusakan yang masif.
Ratusan bangunan dilaporkan runtuh hingga rata dengan tanah akibat guncangan gempa.
Bangunan-bangunan yang sebagian besar berupa apartemen dan rumah susun pun membuat korban jiwa yang jatuh semakin parah.
Dilansir dari artikel Grid.ID sebelumnya, Selasa (7/2/2023), kondisi ini semakin diperparah dengan cuaca ekstrem di Turki dan Suriah.
Saat ini, wilayah yang terdampak gempa memang sedang dilanda musim dingin.
Suhu di luar rumah pun mendekati titik beku.
Masyarakat yang selamat maupun yang mengalami luka-luka pun harus berjuang mempertahankan hidup di tengah kondisi tersebut.
Namun, tahukah kamu, ternyata tiga hari sebelum gempa benar-benar menggoyang Turki dan Suriah, sudah ada seorang pria yang memprediksi bencana gempa cepat atau lambat akan terjadi di wilayah tersebut.
Ia bahkan menyebut bahwa gempa bumi yang diprediksinya berkekuatan M 7,5, hanya selisih 0,3 dari gempa yang mengguncang Turki dan Suriah kemarin.
Baca Juga: Gempa M 7,8 Turki - Suriah Tewaskan 3000 Orang, KBRI: 500 WNI Tinggal di Daerah Terdampak
Dikutip dari TribunStyle.com, Selasa (6/2/2023), pria tersebut adalah Frank Hoogerbeets, seorang peneliti dari Solar System Geometry Survey (SSGEOS) yang mempelajari aktivitas seismik
Ia menyebut bahwa gempa M 7,5 itu bisa menerjang kawasan Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Tiga hari setelah ia mengungkapkan prediksinya, pada Senin (6/2/2023), gempa besar berkekuatan M 7,8 diikuti oleh dua gempa kuat lainnya menghancurkan sebagian besar wilayah Turki dan Suriah.
Bahkan, gempa berkekuatan M 7,8 ini juga menewaskan ribuan orang.
Cuitan Frank Hoogerbeets di Twitter yang awalnya tak mendapat perhatian secara serius pun kini menjadi viral.
Cuitannya berhasil mengumpulkan lebih dari 55,3 ribu retweet, 131,4 ribu suka, dan lebih dari 36,5 juta tampilan.
Sang peneliti mengungkapkan kesedihannya atas kejadian tersebut dan menulis di Twitter.
"Hati saya tertuju kepada semua orang yang terkena dampak gempa bumi besar di Turki Tengah."
"Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, cepat atau lambat ini akan terjadi di wilayah ini, mirip dengan tahun 115 dan 526," tulisnya.
Ia lantas mengatakan bahwa gempa bumi ini selalu didahului oleh geometri planet yang kritis, seperti yang kita alami pada 4-5 Februari.
Baca Juga: Gempa M 7,8 Guncang Turki, 140 Bangunan Hancur Rata dengan Tanah
Frank Hoogerbeets adalah seorang peneliti di Solar System Geometry Survey (SSGS) yang menggambarkan dirinya sebagai lembaga penelitian untuk memantau geometri antara benda langit yang terkait dengan aktivitas seismik.
Pada tahun 2015, saat membuat prediksi tentang gempa bumi di California yang tidak menjadi kenyataan, Hoogerbeets mengatakan kepada FOX40 bahwa dia adalah seorang penggemar sains dan tidak memiliki gelar apa pun.
Situs web SSGS juga memiliki pembaruan pada 2 Februari yang memprediksi gempa.
"Aktivitas seismik yang lebih besar dapat terjadi dari 4 hingga 6 Februari, kemungkinan besar hingga skala menengah atau tinggi 6.
Ada sedikit kemungkinan peristiwa seismik yang lebih besar sekitar 4 Februari," tulisnya.
(*)