Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Bulan Ramadan menjadi bulan yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Umat Islam percaya bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang sangat istimewa dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Pasalnya, di bulan inilah pintu taubat dibuka lebar-lebar oleh Allah SWT kepada hambanya yang memohon ampunan.
Selain itu, Allah juga menutup seluruh pintu neraka dan membuka semua pintu surga sejak hari pertama bulan Ramadan.
Nah, untuk menentukan awal bulan Ramadan, biasanya dilakukan menggunakan dua metode yaitu hisab dan rukyat.
Melansir Kompas.com, hisab adalah metode menghitung posisi benda langit, khususnya matahari dan bulan.
Sedangkan rukyat adalah observasi benda-benda langit untuk memverifikasi hasil hisab.
Kementerian Agama Republik Indonesia mengambil keputusan awal Ramadan melalui sidang isbat bersama perwakilan ormas Islam, pakar astronomi, dan instansi terkait.
Keputusan ini diambil berdasarkan data hisab dan pelaksanaan rukyatul hilal di seluruh Indonesia.
Dalam sidang ini, ketampakan hilal sangat penting untuk menentukan awal bulan Ramadan.
Baca Juga: Dapat Pahala Berlipat Ganda Saat Ramadan 2023, Ini Tata Cara dan Urutan Bersedekah Rasulullah SAW
Hilal sendiri merupakan bulan sabit tertipis yang berkedudukan rendah di atas cakrawala langit barat, dan sudah diamati tepat selepas terbenam Matahari.
Dalam agama Islam, hilal atau bulan sabit tertipis dijadikan sebagai penentu perbedaan waktu dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Nah, setelah melihat penampakan hilal, dianjurkan untuk membaca doa yang dibaca oleh Rasulullah SAW.
Mengutip TribunJogja.com, berikut ini adalah beberapa riwayat hadits yang menyebutkan doa ketika Rasulullah melihat hilal.
Doa saat melihat hilal
“Allāhu akbaru, allāhumma ahillahū ‘alainā bil amni (lariwayat bil yumni), wal īmāni, was salāmi, wal islāmi, wat taufīqi li mā tuhibbu wa tardhā. Rabbī (lain riwayat rabbanā) wa rabbukallāhu”
Artinya: Allah maha besar. Ya Allah, jadikanlah ini bulan ‘membawa’ keamanan (lain riwayat keberuntungan), keimanan, keselamatan, keislaman, petunjuk bagi amal yang Kau suka dan restui. Tuhanku (Tuhan kami) dan Tuhanmu adalah Allah. (HR Ad-Darimi dan Ibnu Hibban).
Adapun Imam Ahmad dan Imam At-Tirmidzi merilis riwayat lain yang menyebutkan doa Rasulullah SAW saat melihat bulan dengan redaksi yang lebih singkat dari hadits riwayat Ad-Darimi dan Ibnu Hibban sebagai berikut:
“Allāhu akbaru, lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhīmi. Allāhumma innī as’aluka khaira hādzas syahri, wa a‘ūdzu bika min syarril qadari, wa min syarril mahsyari.”
Artinya: Allah maha besar. Tiada daya dan upaya kecuali berkat pertolongan Allah yang maha agung. Aku memohon kepada-Mu kebaikan bulan ini (Ramadhan). Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan takdir dan keburukan mahsyar.
(*)