"Kayaknya semenjak kita menikah dari tahun 1988, kayaknya dia happy-happy aja, karena dia tahu banget konsekuensi menjadi suami seorang Sri Mulyani,” ujar Sri Mulyani.
Lebih lanjut, saat ditanya soal perasaan suaminya yang tidak boleh naik moge kesayangannya, Sri Mulyani enggan menanggapi hal tersebut.
Menurutnya perasaan sang suami itu kini bukan menjadi sebuah konsumsi publik yang bisa diperdebatkan.
Bahkan, nada bicara Sri Mulyani meninggi saat disinggung hal tersebut.
“Jadi jangan diputer lagi masalah suami saya happy atau enggak happy,”
“Suara saya tinggi lagi ya, karena saya merasa (pembicaraannya) kemana lagi ni,” ujarnya.
Lebih lanjut, terkait kebijakan Sri Mulyani yang melarang para jajarannya untuk menggunakan moge, ia menyebut bahwa menggunakan motor mewah tersebut kini menjadi hal yang riskan.
Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakannya itu saat ini untuk memperbaiki citra dari Dirjen Pajak.
“Jadi pada hal ini kita tidak hanya pada tataran objektif mengembalikan tatanan dan reputasi dan kredibilitas dari Direktorat Jenderal Pajak dan Kementerian Keuangan, kita juga harus bisa mengelola dan menjawab persepsi masyarakat,”
“Kalau kita lihat prioritasnya, prioritas hari ini adalah mengembalikan kredibilitas dari Kementerian Keuangan,”ujar Sri Mulyani.
Terkait klub moge di jajaran Dirjen Pajak yang dibubarkan, Sri Mulyani menyebut bahwa moge bukanlah jadi prioritas para bawahannya.