Sekarang Generasi Z sebagai generasi yang mendominasi di Indonesia pastinya memiliki cara sendiri untuk menyerap informasi dan memiliki kebiasaan unik dalam bereaksi terhadap informasi yang beredar di media.
“Kita tidak boleh menjadi media yang arogan, sebagai media kita harus membuka mata dan membuka telinga.”
“Kita harus mengenali generasi yang mendominasi, dengan mengenali mereka kita bisa tahu bagaimana caranya menyampaikan informasi dengan cara yang tepat untuk mencapai mereka.”
“Contohnya seperti Generasi Z, segala sesuatu yang viral maka akan menjadi FOMO dan mereka akan menaruh rasa peduli kepada hal itu,” tambah Istman.
Peran penting yang harus dilakukan oleh pers dan media adalah kemampuan untuk beradaptasi.
Hal ini dinyatakan oleh Tri dengan mengibaratkan bahwa ancaman yang ada merupakan sebuah seleksi alam yang akan berdampak kepada semua media.
Saat ini media-media yang mampu beradaptasi lah yang dapat bertahan, sesuai dengan teori Darwin.
“Banyak media yang mencoba melakukan shifting, tapi berujung tidak sesuai dengan ekspektasi.”
“Contohnya ada salah satu media dari Singapura yang melakukan shifting pada tahun 2007.”
“Mereka memutuskan untuk berganti menjadi media daring secara utuh dan bahkan sampai saat ini mereka sudah tidak dikenal.”
“Shifting tidak bisa dilakukan secara keseluruhan, kita harus menyesuaikannya dengan keadaan sebab media itu harus mempunyai kaki-kaki yang kuat.”
Baca Juga: Ajak Pengunjung untuk Melek Teknologi Digital, Palmerah, Yuk! Kali Ini Bahas NFT