Wregas juga tidak menutup kemungkinan melibatkan penulis hingga tahap editing.
Hal itu juga biasa dia lakukan ketika mengalihwahanakan novel ke bentuk audio visual.
Sebagai penulis asli, Eka Kurniawan berharap ketika tulisannya dituang ke dalam format audio visual, itu tidak terlalu melenceng jauh.
“Tentu saja saya membayangkan novel atau cerpen dibuat film, ceritanya jadi jauh banget, misal cerita ABCDEF jadi XYZ gitu kan,” ucap Eka Kurniawan.
Namun di sisi lain, dia juga memahami indikator melenceng itu terlalu luas.
“Pada saat yang sama, sulit juga untuk mengatakan kamu jangan melenceng jauh, apa ukurannya, susah juga,” lanjut Eka Kurniawan.
Tapi, sebelum dia mengiyakan novelnya dialihwahanakan, Eka Kurniawan harus mengetahui dahulu siapa sutradaranya.
“Ini pribadi sih, enggak tahu penulis lain bagaimana bekerja sama dengan film maker. Kalau buat saya, yang paling pertama siapa sutradaranya, buat saya itu penting,” tutur Eka Kurniawan.
Sebab, menurut Eka kepercayaan itu sangat penting.
Di sisi lain, Eka Kurniawan melihat portofolio sutradara, sehingga dia bisa sedikit membayangkan akan jadi apa novelnya di tangan sutradara.
“Paling penting adalah kepercayaan, saya lihat portofolionya seperti apa, kira-kira sedikit spekulasi, nanti dia bikinnya seperti apa, agak kebayang sedikit,” tandasnya.
Baca Juga: Namanya Sempat Redup Selama 4 Tahun, Calvin Jeremy Akui Sempat Alami Depresi Karena Hal Ini!
(*)