Sayyidatina Aisyah menceritakan mengenai salat malam Nabi SAW.
“Nabi SAW biasa melaksanakan salat 13 rakaat (dalam semalam). Beliau melaksanakan salat 8 rakaat kemudian beliau berwitir (dengan 1 rakaat).
Kemudian setelah berwitir, beliau melaksanakan salat dua rakaat sambil duduk. Jika ingin melakukan rukuk beliau berdiri dari rukuknya dan beliau membungkukkan badan untuk rukuk. Setelah itu di antara waktu azan Subuh dan iqomahnya, beliau melakukan salat dua rakaat. (HR Muslim No 738)
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan.
“Dua rakaat setelah Witir itu tanda bahwa masih bolehnya dua rakaat setelah Witir dan jika seseorang telah mengerjakan Witir bukan berarti tidak boleh lagi mengerjakan salat sunah sesudahnya."
Adapun hadis di atas, 'Jadikanlah akhir salat kalian di malam hari adalah salat Witir', yang dimaksud menjadikan salat Witir sebagai penutup salat malam hanyalah sunah (bukan wajib).
Artinya, dua rakaat sesudah Witir masih boleh dikerjakan. (Zaad Al-Ma’ad, 1: 322-323).
Bagi yang sudah melaksanakan Tarawih lalu menutupnya dengan Witir tidak lagi melakukan Witir yang kedua setelah melakukan salat Tahajud di malam hari.
Dari Thalq bin ‘Ali, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda.
“Tidak boleh ada dua Witir dalam satu malam.” (HR. Tirmidzi no. 470, Abu Daud no. 1439, An Nasa-i no. 1679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kesimpulan, boleh melaksanakan Tahajud walau sudah mengerjakan Tarawih dan menutupnya dengan Witir.
Di malam hari ketika Tahajud tak lagi ditutup dengan Witir.
Jumlah rakaat Tahajud yang dilakukan bebas, tak dibatasi jumlah rakaatnya.
(*)