Grid.ID - Nama Tatang Koswara mungkin sekarang kurang dikenal masyarakat.
Namun siapa sangka, anggota TNI itu pernah jadi salah satu sniper terbaik di dunia asal Indonesia.
Sebagai seorang Sniper, kehidupan Tatang sangat dekat dengan senjata.
Padahal, dulu, ia tidak sengaja nyemplung di dunia militer.
“Ayah saya memang seorang tentara."
"Tapi, saya (awalnya) tidak berniat untuk menjadi tentara,” ucap Tatang di kediamannya di lingkungan kompleks TNI AU, Cibaduyut, Bandung sebelum kepergiannya.
Nasib berkata lain. Pada 1967, Tatang disuruh ibunya mengantar sang adik untuk mendaftar menjadi anggota TNI.
Saat melakukan tes, dia bertemu dengan sejumlah perwira Dandim di Banten yang mengenalnya. Tatang pun ditanya kenapa tidak ikut daftar.
"Saya kenal dengan perwira Dandim karena sebelumnya juara sepak bola."
"Karena juara sepak bola itu juga dan beberapa prestasi lainnya, saya diminta para perwira Dandim untuk daftar jadi anggota TNI," ujar Tatang.
Tatang remaja sempat bingung. Hingga keesokan harinya, dia menyiapkan semua persyaratan dan mendaftarkan diri lewat jalur tamtama.
Sesuai dugaan, Tatang lulus, sedangkan adiknya harus mencoba tahun depan untuk bergabung ke TNI AD.
Tugas khusus ke Timor Timur
Tatang selalu mendapat sorotan dari atasannya.
Pengalamannya hidup di kampung membuat pelajaran militer menjadi hal yang tak sulit baginya, baik dalam hal fisik, berenang, maupun menembak.
Tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.
"Tahun itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan Sniper.
"Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri)."
"Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD," imbuhnya.
Dalam praktiknya, Kopassus pun kesulitan memenuhi kuota yang ada.
Setelah seleksi fisik dan kemampuan, dari kebutuhan 60 orang, Kopassus hanya mampu memenuhi 50 kursi.
Untuk memenuhi kekosongan 10 kursi, Tatang dan tujuh temannya dilibatkan menjadi peserta.
Tatang dan 59 anggota TNI AD dilatih Kapten Conway sekitar dua tahun.
Mereka dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter.
Tak hanya itu, mereka juga dilatih bertempur melawan penyusup, Sniper, kamuflase, melacak jejak, dan menghilangkannya.
Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang yang lulus dan mendapat senjata Winchester model 70.
Seperti dikutip majalah Angkasa dan Shooting Times, Winchester 70 yang disebut Bolt-action Rifle of the Century ini juga digunakan sniper legendaris Marinir AS, Carlos Hathcock, saat perang Vietnam. Senjata ini memiliki keakuratan sasaran hingga 900 meter.
Senjata dan ilmu yang diperoleh dari pasukan elite Amerika Serikat ini membantu Tatang dalam pertempuran.
Sebab, setelah itu, Tatang ditarik Kolonel Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdiktif) Cimahi, menjadi pengawal pribadi sekaligus Sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur (1977 – 1978).
Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua Sniper saat itu (Tatang dan Ginting).
Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu Sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis.
Baca Juga: Video Viral Sniper Berjaga di Balkon Lantai 2 Rumah Warga, Ternyata Sedang Jalani Misi ini!
Kedua, menjadi intelijen.
Intinya masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang.
Bahkan, ada kalanya sniper ditugaskan untuk mengacaukan pertahanan lawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuhnya korban.
"Lawan kita itu Pasukan Fretilin yang tahu persis medan di Timtim."
"Mereka pun punya kemampuan gerilya yang hebat, makanya Indonesia menurunkan sniper untuk mengurangi jumlah korban," ujar Tatang.
Profil Singkat Tatang
Berpangkat Pembantu Letnan Satu (Purn.) Tatang Koswara seorang Sniper atau penembak runduk TNI-AD terbaik Indonesia yang lahir di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat, 12 Desember 1946.
Ia meninggal di Jakarta, 3 Maret 2015 pada umur 68 tahun.
Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000, nama Tatang masuk dalam daftar 13 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.
Dalam catatan tersebut ia mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41.
Tatang mulai masuk militer melalui jalur Tamtama di Banten pada 1966. Pada 1977-1978, Tatang beroperasi di Timor Timur.
Meski punya ijazah sekolah teknik (setara sekolah menengah pertama), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah sekolah rakyat, saat ini sekolah dasar.
Selang beberapa tahun, Tatang mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimiliknya itu.
Sebagai Bintara, Tatang ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif).
Di sana, Tatang mengikuti berbagai pelatihan, mulai kualifikasi Raider hingga Sniper.
Tatang menggunakan sandi S-3 alias siluman 3.
Pada tahun 1974-1975, dia dengan 7 rekannya terpilih buat masuk program MTT (mobile training teams) yang dipimpin oleh Kapten Conway dari Amerika Serikat.
Saat itu, Indonesia belum punya yang namanya Sniper dan antiteror. Akhirnya muncullah ide dari perwira TNI buat melatih Sniper.
Tatang dan 59 anggota TNI AD yang lain mendapat pelatihan dari Kaptenn Conway selama 2 tahun.
Di sana mereka dilatih untuk menembak jitu dari jarak 300, 600 dan 900 meter.
(*)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul, Kisah Sniper Terbaik Dunia Asal Indonesia, Akui Sempat Bungkam Selama 25 Tahun soal Misi Rahasianya