Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Penampilan memang menjadi salah satu faktor untuk lingkungan sekitar memandang seseorang.
Tapi pasang surut kehidupan dialami oleh pria asal Shandong, Tiongkok ini karena bentuk fisiknya.
Dilansir Grid.ID dari Eva.vn pada Selasa (2/5/2023), pria bernama A Vu lahir di sebuah perdesaan.
Orang tuanya sibuk bekerja sepanjang tahun hingga ia diasuh oleh kakek neneknya.
A Vu pun tumbuh dengan badan bulat dan berisi, orang-orang di sekitarnya selalu membelikan makanan karena banyak yang menyukai anak-anak gemuk.
Pada usia 18 tahun, A Vu pun memiliki berat badan 100 kilogram yang membuatnya kesulitan beraktifitas.
A Vu mencoba mencari kerja di sana sini, termasuk kerja di kontruksi, tapi karena berat badannya, ia sering merasa kelelahan dan kehilangan napas saat bekerja.
A Vu pun mencoba diet dan olahraga untuk menurunkan berat badan, tapi orang sekitar berkelakar bahwa dirinta tak perlu diet karena mirip dengan Buddha Maitreya.
Sempat luntang lantung jadi pengangguran, A Vu pun bermain di warnet setiap harinya.
Di sana ia menemukan bahwa ia bisa memanfaatkan penampilannya yang mirip Buddha Maitreya untuk mencari uang.
A Vu pun membeli beberapa kostum yang dibutuhkan untuk menunjang penampilannya sebagai Buddha Maitreya.
Dengan memakai jubah kuning yang memperlihatkan perut gembulnya serta tasbih besar, A Vu duduk di atas panggung besar.
Banyak orang penganut taat yang menganggap mendapat berkah saat melihat sosok A Vu yang mirip dengan Buddha itu.
Berkat hal ini, A Vu pun kerap diundang ke acara olahraga, tempat-tempat indah, acara bisnis, hingga film di jejaring sosial Tiongkok.
Tapi popularitas A Vu sebagai Buddha ini tak bertahan lama, dan ia perlahan terlupakan.
Lalu muncullah seorang wanita konglomerat dari Guangdong yang mengaku sebagai penganut taat Buddha.
Ia siap membawa pulang A Vu dan akan membantunya sepenuh hati karena kemiripannya dengan Buddha.
Awalnya, A Vu skeptis tapi melihat kekayaan serta bisnis yang dijalankannya, A Vu pun menganggap ajakan ini sebagai kesempatan dalam mengubah hidupnya.
Tapi siapa sangka, janji manis itu hanyalah bualan semata.
Karena sang konglomerat wanita ini hanya ingin memanfaatkan A Vu untuk menjajakan bisnisnya.
Setiap hari A Vu harus berdandan dan berjalan-jalan serta melakukan aksi yang diminta oleh sang konglomerat wanita.
A Vu pun merasa kehilangan kebebasannya dan jauh lebih sengsara dari sebelumnya, perlahan ia menyadari perubahan pada fisiknya dan melakukan diet serta olahraga.
Tapi sang konglomerat marah dan membelikannya makanan tak sehat dan melarangnya olahraga hingga membuat A Vu semakin gemuk dan obesitas.
Saat minat akan Buddha telah berkurang dan penghasian dari pertunjukkan A Vu tak diminati, konglomerat itu pun meninggalkannya.
A Vu pun kembali miskin serta menghadapi sederet masalah kesehatan hingga kerusakan tulang belakang.
Saat ini, A Vu sesekali berpura-pura menjadi Buddha meski tak mendapat uang seberapa.
(*)