Grid.ID - Presiden Jokowi bikin geger publik gegara 'nyanyi' lagu Asmalibrasi.
Namun kabar Presiden Jokowi 'nyanyi' lagu Asmalibrasi ternyata hoax.
Pakar mendadak singgung soal bahaya sampai tahun politik usai Presiden Jokowi 'nyanyi' lagu Asmalibrasi.
Beredar di media sosial, suara menyerupai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyanyikan lagu "Asmalibrasi".
Salah satu pengunggahnya adalah akun TikTok @dhamz._.
Dalam video tersebut pengunggah membuat lagu "Asmalibrasi" versi Jokowi diduga berdasarkan permintaan warganet TikTok.
Hingga Senin (8/5/2023), video tersebut telah diputar lebih dari 1,9 juta kali, dibagikan kepada 25.600 warganet, dan disukai hingga 182.200 pengguna.
Lantas, bagaimana penjelasan pakar?
Soal AI dan penjelasan pakar
Kecanggihan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mampu meniru mimik hingga suara seseorang.
Baca Juga: Presiden Jokowi Bakal Gelontorkan Ratusan Milyar untuk Jalanan Rusak, Begini Reaksi Gubernur Lampung
Pakar komunikasi digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, membenarkan bahwa teknologi semacam itu merupakan produk AI.
"Iya ini (video suara Jokowi) pakai AI," ucapnya kepada Kompas.com, Minggu (7/5/2023).
Menurut Firman, kecanggihan AI tidak hanya mampu menyerupai suara seseorang, tetapi hingga mimik wajah dan ekstresi muka.
"Kalau deep fake bisa sampai wajah, ekspresi muka, suara, intonasi, hingga logat, semua identik," terangnya.
Di Amerika Serikat, deep fake beberapa kali digunakan, bahkan dalam konteks politik.
Bahaya potensi penyebaran hoaks
Kecanggihan deep fake di satu sisi menjadi sebuah demonstrasi kemajuan teknologi. Namun, di sisi lain, kecanggihan ini bisa menimbulkan dampak negatif.
Pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya mengatakan, teknologi deep fake berpotensi meningkatkan penyebaran hoaks.
"AI seperti deep fake sangat berpotensi digunakan untuk menyebarkan informasi bohong dan fitnah, khususnya untuk kepentingan politik," ucapnya, terpisah.
Cara ini bisa digunakan untuk menghancurkan reputasi atau menurunkan elektabilitas lawan politik.
Terlebih lagi, produk deep fake ini tidak mudah dikenali oleh masyarakat.
Artinya, hoaks yang dimuat dalam produk AI semakin sulit diidentifikasi oleh masyarakat umum.
Penggunaan meningkat di tahun politik
Sementara itu, Firman Kurniawan menduga, penggunaan teknologi deep fake di tahun politik akan semakin meningkat.
"Ada tiga hal yang memungkinkan itu. Pertama, pasarnya ada; kedua, penyedia produknya ada; dan momentumnya memang tepat," ucapnya.
Dari sisi pasar, Firman menyatakan, teknologi deep fake akan dibutuhkan untuk menyampaikan pesan.
Penyedia produk kecanggihan AI ini juga banyak.
"Kalau di Indonesia tidak ada, di luar negeri juga menyediakan dan harganya juga terjangkau," kata Firman.
Momentum tahun politik juga menjadi alasan kuat untuk menggunakan AI. Sebab, teknologi ini bisa digunakan sebagai upaya mendulang dukungan.
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul, HEBOH Suara Jokowi 'Nyanyi' Lagu Asmalibrasi, Pakar Pastikan Hoax, 'Bahaya, Ini Tahun Politik!'
(*)