Find Us On Social Media :

25 Tahun Reformasi, Ratusan Seniman dan Perupa Gelar Pameran di Jakarta dan Jogja

By Grid., Senin, 22 Mei 2023 | 18:04 WIB

Ekspresi 100 seniman dan perupa mengenang 25 tahun reformasi

Terkhusus di Yogyakarta, momentum ini dirayakan dalam pameran seni rupa, pertunjukan seni, serta peluncuran kembali buku-buku karya Sindhunata yang memaknai peristiwa Mei.

Buku-buku tersebut antara lain: Putri Cina, Kambing Hitam-Teori Rene Girard, dan Menyusu Celeng.

Seluruhnya diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama.

Mengambil tajuk ???????????????????????????? "???????????????? ???????????????????????????????? ???????????????????? ????????????????" ???????????????????????????????? ???????????? ???????????????????????????? & ???????????????????????? ???????????????????????????????????????? ???????????????????????????????????? ???????????????? ????????????????????????????????????, program peringatan 25 Tahun Reformasi ini diniatkan sebagai perayaan persaudaraan, semangat kebersamaan, dan kebebasan berekspresi.

Pameran dan acara akan berlangsung pada Sabtu, 20 Mei 2023, Pukul 19.00 WIBdi Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto no 2, Kota Baru, Yogyakarta.

Sedangkan pameran akan dibuka mulai 21-25 Mei 2023, mulai pukul 10.00-21.00 WIB.

General Manager Bentara Budaya & Communication Management, Corpcomm, Kompas Gramedia, Ilham Khoiri, mengungkapkan, dua pameran ini mengajak kita untuk ambil jeda sejenak.

Kita manfaatkan momen penting ini untuk merenung sambil mempertanyakan kembali arah perjalanan bangsa.

Apakah kita sudah melaju di atas rel perubahan yang benar? Jangan-jangan kita hanya jalan di tempat atau berputar-putar dengan problem yang serupa tanpa jalan keluar? Atau malah kita telah melenceng dari spirit reformasi?Peristiwa Mei dan Reformasi 1998 merupakan satu tarikan keserentakan sejarah yang turut mengubah perjalanan Republik Indonesia.

Baca Juga: 4 Shio Istri Pembawa Keberuntungan untuk Suami, Rezeki Mengalir Deras Selama Pernikahan

“Kita perlu mensyukuri pencapaian yang didorong Reformasi 1998, seperti kebebasan berekspresi dan demokrasi. Namun, penting juga menyuarakan adanya sejumlah pekerjaan rumah yang belum beres, seperti pemberantasan korupsi, masih adanya aksi intoleransi, dan munculnya oligarkhi elite politik,” katanya.

Kurator Bentara Budaya, Sindhunata, menyebutkan bahwa program-program ini diniatkan untuk mengingat betapa mahalnya harga reformasi yang kita resapi hari ini.

“Kita seakan lupa akan sekian banyak mahasiswa dan rakyat yang menjadi korban. Bahkan meletusnya reformasi juga disertai dengan kerusuhan Mei, yang menyasar kelompok etnis tertentu menjadi korban kekerasan,” ujarnya.

Karena itulah, seni rupa dan beragam ekspresi lain yang dihadirkan dalam program dimaknai sebagai pemicu kreativitas dan sumbangan untuk hidup berbangsa.

Tema karya dalam pameran adalah bebas, sesuai dengan jiwa kebebasan sebagai cita-cita reformasi.

“Dan rangkuman dari kebebasan itu adalah makna Kita berteman sudah lama. Semoga dengan rangkuman itu kita mempunyai bingkai kerja dan kreasi, ke mana kita hendak menggambar nanti: ke sebuah pesta kegembiraan, sukacita, persaudaraan, pertemanan, dan kemerdekaan,” imbuh Sindhunata.

(*)