Salah satu kepuasan yang didapatkan berupa rangsangan seksualitas bagi diri sendiri maupun pasangannya.
Menurutnya, terkadang ada orang perlu mendapatkan stimulasi.
Namun, ketika melihat punya orang lain ia merasa tidak etis jadi lebih baik menonton videonya sendiri.
Ratna tidak mengelak kalau tindakan tersebut bisa menunjukkan suatu kelainan, terutama saat sering dilakukan dan menjadi kebiasaan.
Sementara itu, psikolog klinis dari Personal Growth, Shierlen Octavia menjelaskan bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk kelainan seksual yang dimiliki pelakunya.
"Keinginan untuk merekam video porno saat melakukan hubungan seksual adalah salah satu bentuk fetishism," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (23/5/2023).
Ia mengatakan, fetishism merupakan perilaku seksual di mana kepuasan pelakunya timbul melalui obyek atau aktivitas tertentu. Contohnya, memakai pakaian atau memegang obyek tertentu.
"Bagi perekam, mengambil foto, merekam, dan kemudian menonton video erotis diri mereka sendiri dapat meningkatkan pengalaman kehidupan seks dan merangsang hasrat seksual," kata dia.
Shierlen menyebutkan, sebuah penelitian juga menjelaskan bahwa pengalaman mendokumentasikan diri secara erotis menjadi cara membuat mereka merasa seksi dan percaya diri.
Menurutnya, merekam video pribadi saat berhubungan seksual juga menjadi tanda gangguan jika perekam tidak bisa berhenti melakukan, ketagihan, dan mengganggu fungsi sehari-harinya.
"Bagaimanapun juga, merekam hubungan seksual harus diikuti dengan persetujuan pasangan karena bisa menimbulkan tekanan dan ketidaknyamanan pada pasangan," tambahnya.