Find Us On Social Media :

NASIB Septi Bocah SD di Yogyakarta yang Hidup Menyendiri di Kampung Mati, Rela Jalan Kaki 3 KM ke Sekolah Lewat Hutan Angker Tiap Hari

By Grid., Selasa, 30 Mei 2023 | 10:30 WIB

NASIB Septi Bocah SD di Yogyakarta yang Hidup Menyendiri di Kampung Mati

Grid.ID - Septi, bocah SD asal Yogyakarta itu hidup menyendiri di kampung mati bersama ayah dan ibunya.

Tak seperti bocah kebanyakan, Septi yang betah tinggal di Kampung Mati bahkan harus rela menempuh perjalanan jauh demi menuntut ilmu.

Meski hidup dalam kesederhanaan, Septi tampak begitu ikhlas menjalani hari-harinya di kampung mati yang sepi.

Bagaimanakah kisah Septi bocah mungil asal Yogyakarta yang tinggal di kampung mati?

Diketahui, bocah SD bernama Septi itu tinggal bersama orangtuanya di Kampung Suci, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Mereka tinggal menyendiri lantaran kampung tersebut telah lama ditinggalkan warganya.

Jalan yang dilalui Septi dirimbuni pepohonan dan sisi kanannya terdapat tebing tinggi.

Ia juga harus melewati sungai dan jembatan bambu sudah sudah mulai rusak.

Belum lagi Septi harus melewati pepohonan bambu yang terlihat angker ketika hari mulai gelap.

Perjalanan lebih dari satu kilometer harus dilalui Septi setiap harinya untuk bisa ber sekolah.

Baca Juga: Tak Kalah Cerdas dari Jerome Polin, Inilah Sosok Nono, Bocah SD yang Raih Juara 1 Lomba Matematika Internasional

Meski harus berjalan kaki dengan kondisi jalanan yang mengerikan, Septi tetap semangat pergi ke sekolah.

"Kalau hujan juga tetap berangkat ( sekolah)," kata Ayah Septi, Sumiran dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Jejak Bang Ibra, Senin (29/5/2023).

Jarak yang ditempuh Septi dari rumah ke sekolah lalu kembali lagi ke rumah sekitar 3 kilometer.

Itu artinya, siswa kelas 3 SD itu harus jalan kaki sepanjang 3 km setiap hari demi bisa ber sekolah.

Orangtua Septi, Sumiran dan istrinya, Sumiati tinggal di sebuah desa terpencil di tengah hutan.

Bukan cuma jaraknya yang jauh dari mana-mana, keluarga Septi juga hanya tinggal seorang diri di kampung tersebut.

Para warga di Kampung Suji itu semuanya sudah pergi meninggalkan tempat tinggal mereka.

Di kampung mati yang sudah ditinggalkan para warganya itulah Septi dan orangtuanya tinggal.

Septi biasa diantar jemput ke sekolah oleh ibu atau ayahnya pada pagi hari.

Meski harus jalan jauh, Septi pun tetap semangat dan ceria.

Baca Juga: Kesal Nama Bapak Jadi Bahan Ejekan, Bocah SD Bacok Teman Sepulang Mengaji

"Kalau sama ibu jalan kaki, kalau sama bapak kadang digendong. Karena kan (bapak) tangannya besar," kata Septi.

Ayah Septi sehari-harinya bekerja di hutan tersebut dengan mencari kayu.

Ia juga membuat beberapa furniture dari kayu yang ia ambil dari hutan.

Tinggal di rumah yang berada di tengah-tengah hutan membuat Septi akrab dengan lingkuhan sekitarnya.

Ia pun sering menghabiskan waktu untuk bermain di sungai yang berada di tengah perjalanan menuju ke rumahnya.

"Jembatannya sudah mau rusak, aku takut, tapi ya aku pilih hati-hati saja," kata Septi dengan riang.

Meski hanya tinggal bertiga saja dengan ayah dan ibunya, namun Septi mengaku nyaman.

"Tinggal di hutan seneng, aku bisa jaga hewanku. Anjing, kucing, ayam," katanya bercerita.

Rumah septi dan orangtunya pun terbilang sangat sederhana.

Terbuat dari kayu dan lantainya masih tanah, rumah Septi terlihat cukup luas.

Baca Juga: Viral Bocah SD Alami Koma Usai Dikeroyok Ramai-ramai, Ditendang Kepala dan Dadanya sampai Sesak Napas, Motif Pelaku Gegara Hal Ini

Di sekelilingnya tampak pepohonan dan kebun bekas rumah warga yang ditinggalkan.

Sepulang sekolah, Septi biasanya makan masakan ibunya.

Masakan kesukaan Septi pun sangat sederhana, yakni nasi dan tempe bacem.

"Karena di gunung sulit kan untuk cari lauk, jadi dia makan sama tempe, kadang kecap," kata Sumiati.

Meski makan dengan lauk seadanya, Septi pun tetap ceria.

Apalagi ia sesekali bercanda dengan hewan peliharaannya yang berkeliaran di dapur.

"Kalau makan sering digangguin sama ayam dan kucing," kata Septi sambil melahap nasi dan tempe bacemnya.

Hidup dengan kondisi yang sangat sederhana, Septi nyatanya tumbuh menjadi anak yang piawai dalam hal seni.

Septi yang memiliki hobi melukis itu ternyata memiliki kemampuan menggambar dengan bagus.

Di meja belajar sederhananya yang terbuat dari papan kayu dan kursi dari drigen bekas, ia menggambar berbagai karakter favoritnya.

Baca Juga: Pilu, Viral Video Bocah SD di Bone Dikeluarkan dari Barisan Gerak Jalan HUT RI ke-77 Gegara Baju Kusam, Sorot Wajah Nelangsanya Bikin Netizen Nangis

"Kalau mau lihat (aku) gambar, aku bisa apa saja," katanya dengan yakin.

Benar saja, di buku gambarnya itu Septi dengan luwesnya menggambar unicorn.

Dengan tangan kirinya, Septi pun menggambar unicorn dengan sangat detail dan tidak membutuhkan waktu yang lama tidak sampai 1 menit.

"Cita-cita aku ingin jadi guru lukis," kata Septi sambil memperlihatkan hasil gambarnya.

Rumah Septi yang berada di tengah hutan itu terlihat cukup seram.

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Bocah SD di Yogya Hidup Menyendiri di Kampung Mati, Jalan Kaki 3 Km ke Sekolah, Lewati Hutan Angker

(*)