Grid.ID - Belakangan isu tentang kiamat internet menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Diperkirakan bumi akan mengalami kiamat internet akibat adanya badai matahari.
Lalu, apa itu kiamat internet dan bagaimana hubungannya dengan badai matahari?
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan sejumlah fakta soal fenomena kiamat internet ini.
Melalui pernyataan resmi, kiamat internet bisa terjadi selama berbulan-bulan.
"NASA memperingatkan 'kiamat internet' yang dapat menonaktifkan internet selama berbulan-bulan," tulis salah satu pengguna TikTok.
Hingga Rabu (28/6/2023), unggahan ini telah menuai lebih dari 10,6 juta tayangan, 1,4 juta suka, dan 56.600 komentar dari warganet TikTok.
Apa itu Kiamat Internet?
Kiamat Internet (disebut juga "Kiamat Cyber") adalah istilah untuk menggambarkan kejadian atau situasi di mana internet mengalami gangguan secara luas atau kegagalan sistem yang parah.
Istilah ini menggambarkan situasi di mana internet tidak berfungsi dengan benar atau terganggu secara signifikan.
Dalam skenario kiamat internet, komunikasi digital yang melibatkan transfer data, akses ke situs web, email, aplikasi online, layanan cloud, dan sistem online lainnya bisa terganggu atau tidak dapat diakses sama sekali.
Ini dapat berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan modern yang bergantung pada internet, termasuk bisnis, pemerintahan, komunikasi, keuangan, dan banyak lagi.
Kiamat Internet Dampak Badai Matahari
Dilansir dari laman pemberitaan Chron, Rabu (28/6/2023), wacana terjadinya internet apocalypse atau kiamat internet berhubungan dengan kemungkinan badai Matahari.
Terlebih lagi, NASA baru-baru ini mengumumkan sistem baru yang melatih kecerdasan buatan untuk membantu memprediksi kedatangan peristiwa ekstrem tersebut.
NASA mengungkapkan, badai Matahari disebabkan bintang tata surya ini yang mengirim partikel bermuatan ke luar angkasa.
Efek badai ini terhadap Bumi pun beragam, termasuk memicu gangguan pada perangkat elektronik akibat badai geomagnetik.
Gangguan tersebut, seperti gangguan komunikasi radio frekuensi tinggi dan navigasi global positioning system (GPS).
Baca Juga: Gampang! Begini Cara Kirim Chat WA Tanpa Kuota, Atur Lewat Fitur ini
Selain infrastruktur komunikasi di Bumi, badai Matahari juga berpotensi memengaruhi satelit di atmosfer, sehingga berdampak pada gangguan internet, sinyal ponsel, dan televisi satelit.
Pakar Ilmu Komputer University of California, Amerika Serikat, Sangeetha Abdu Jyothi dalam studi pada 2021 mengungkapkan, ada kemungkinan 1,6-12 persen akan terjadi kiamat internet selama berbulan-bulan.
Peristiwa tersebut, menurut dia, akan berlangsung dalam dekade berikutnya.
Penelitian Jyothi pun memperkirakan, pemadaman berskala besar seperti ini berpotensi merugikan perekonomian AS hingga 7 miliar dollar per hari.
Tanggapan NASA
Para ahli NASA telah melaporkan bahwa pesawat ruang angkasa, Parker Solar Probe, menemukan petunjuk baru yang akan membantu memahami asal-usul angin Matahari.
Sebagai informasi, solar wind atau angin matahari adalah aliran plasma atau partikel bermuatan yang keluar dari matahari.
Menurut NASA, Parker yang meluncur pada 2018 menjadi pesawat luar angkasa pertama yang "menyentuh" Matahari dan memasuki atmosfer atasnya, korona.
Profesor Fisika University of Maryland, James Drake mengatakan, Parker akan membantu para ilmuwan meneliti bagaimana angin Matahari mencapai kecepatan supersonik.
Baca Juga: Apa Betul Gen Z Indonesia Digital Junkie? Ini Buktinya
"Itu akan memengaruhi kemampuan kita untuk memahami bagaimana matahari melepaskan energi dan mendorong badai geomagnetik, yang merupakan ancaman bagi jaringan komunikasi kita," ujarnya, dikutip dari Forbes (31/8/2021).
Sejak Parker meluncur, para ilmuwan mengetahui bahwa angin Matahari didorong oleh semburan energi dari korona yang dinamakan sebagai jetlets.
Meski belum dapat memecahkan teka-teki seputar badai Matahari, temuan ini merupakan perkembangan amat besar dalam memahami fisik pusat tata surya.
NASA Lakukan Prediksi dengan AI
Selain ancaman badai, para ilmuwan juga harus tetap memperhitungkan siklus 11 tahunan Matahari.
Dalam siklus yang diperkirakan terjadi pada 2025 tersebut, aktivitas elektromagnetik di Matahari akan mencapai puncaknya, membawa lebih banyak risiko gangguan terhadap kehidupan di Bumi.
Guna menghadapi hal tersebut, NASA pun membuat model komputer baru menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi kemungkinan peristiwa ekstrem.
Dikutip dari laman NASA (31/3/2023), teknologi baru ini dapat memprediksi kapan badai Matahari akan menyerang Bumi dengan waktu peringatan dini 30 menit.
Jika diadopsi oleh operator jaringan listrik dan perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia, teknologi ini disebut dapat melindungi sistem dengan memindahkannya secara offline atau mematikannya untuk waktu sementara.
Baca Juga: Tampil Kenakan Baju Berlogo NASA, T.O.P BIGBANG Bakal Segera ke Luar Angkasa?
"Ini dapat memberikan cukup waktu untuk mempersiapkan badai dan mencegah dampak parah pada jaringan listrik dan infrastruktur penting lainnya," tulis NASA.
Semoga informasi di atas bisa menambah pengetahuanmu!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Kiamat Internet Berbulan-bulan Dapat Terjadi, NASA Lakukan Prediksi dengan AI"
(*)