Diberitakan sebelumnya, satu ekor sapi kurban Jokowi dikirim ke Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Sapi kurban Jokowi tersebut berjenis simmental dengan bobot lebih dari satu ton tersebut dikirim dari Ungaran Kabupaten Semarang ke desanya pesepak bola Pratama Arhan, pada Rabu (28/6/2023) pukul 05.00 WIB.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Kabid Keswan) Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Tejo Yuwono mengatakan, sapi presiden Jokowi tersebut dalam kondisi sehat.
"Tadi sudah dicek oleh dokter alhamdulillah sehat, mulai dari tampak luar, termasuk lubang-lubang alami, mulut gigi sudah powel semua. Artinya, umurnya sudah 2,5 tahun lebih atau tiga tahun ke atas," ucap Tejo, di Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, pada Rabu (28/6/2023).
Tejo yang merupakan seorang dokter hewan tersebut menjelaskan sapi yang baru sampai di lokasi, wajib diberikan makan dan minum seperti biasa.
Namun, 8 jam sebelum sapi disembelih, pihak takmir masjid tidak diperkenankan untuk memberi makan kepada hewan tersebut.
"Manajemen takmir saya titip pesan sebelum sapi dipotong minimal 8 sampai 12 jam dipuasakan, dalam arti cuma dikasih minum," terang dia.
Dia mengatakan, sebelum disembelih, sapi perlu dipuasakan untuk mempermudah organ-organ pencernaannya dan bagian dari kesejahteraan hewan.
"Diharapkan dengan seperti itu daging yang dihasilkan akan maksimal, karena bagaimanapun kondisi pemeriksaan ante mortem, itu sudah bagus. Pas sudah dipotong perlakuannya juga pengaruh, jadi jangan sampai hewan itu stres, dijegal dengan kasar dan sebagainya," kata dia.
Rencananya sapi jenis simmental tersebut akan disembelih pada Kamis (29/6/2023) seusai pelaksanaan ibadah shalat Idul Adha di Masjid Roudhotul Jannah, Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo.
Selain sapi Jokowi, masjid tersebut juga akan menyembelih hewan kurban sebanyak 3 ekor sapi dan 5 ekor kambing.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sapi Kurban Presiden Jokowi di Blora Kampung Pesepakbola Pratama Arhan Mengamuk, Warga Ketakutan
(*)