Karena merasa banyak memiliki ilmu yang diraih selama menjalani kuliah, Virnie Ismail terdorong jadi psikolog.
"Buat saya yang tak lekang waktu itu ya ilmu. Secantik cantik orang ya akan keriput. Kalau kita berilmu semakin tua kita semakin matang," ucap wanita berusia 43 tahun itu.
Setelah meraih gelar sarjana dan mempelajari karakter manusia selama pandemi, Virnie ingin menjadi sosok pendengar yang baik dari semua pasiennya.
Virnie sadar tak banyak psikolog yang mau menjadikan dirinya teman berbincang dari pasien yang mengeluarkan keluh kesah hidupnya.
"Tapi saya di sini ingin membuka dan memberikan tempat kepada orang yang mental healthnya terganggu," ungkapnya.
Virnie mengatakan, pekerjaan psikolog yang ia jalani baru secara daring, membuatnya menemukan fakta banyak masyarakat yang mengidap mental health selama pandemi.
"Jadi memang, badan dan pikiran mereka sehat, tapi dia merasa galau dan gundah gulana, merasa takut yang berlebih, dan merasa bingung," ucapnya.
"Akhirnya mempengaruhi siklus kerjaan, rumah tangga, hubungan dengan anak, komunikasi," imbuhnya.
"Saya mau buat tempat misal orang pergi ke salon dia cuci rambut di blow bersih. Dimana ada satu tempat dia bisa cerita apapun keluh kesahnya tanpa takut dijudge dan lainnya, karena rahasia terjamin," tambahnya.
Tak sampai disitu, Virnie berusaha tidak memberikan obat penenang dan membuat pasiennya bertambah stres.