Find Us On Social Media :

KEPALA Sekolah di Ponorogo Ini Menangis Tersedu-sedu, Tak Ada Satupun Murid yang Daftar di Sekolahnya, Padahal Banyak Prestasi

By Grid., Rabu, 19 Juli 2023 | 13:11 WIB

KEPALA Sekolah di Ponorogo Ini Menangis Tersedu-sedu, Tak Ada Satupun Murid yang Daftar di Sekolahnya, Padahal Banyak Prestasi

Grid.ID - Seorang Kepala Sekolah di Ponorogo menangis lantaran tak ada murid yang daftar di sekolahnya.

Kepala Sekolah di Ponorogo ini prihatin mengapa sekolahnya tak banyak diminati murid.

Padahal, sekolah tersebut memiliki banyak prestasi.

Ya, kejadian pilu itu terjadi di SD Negeri 3 Babadan, Ponorogo, Jawa Timur.

Ya, sekolah dasar negeri belakangan ini viral lantaran sepi siswa baru.

Banyak orangtua murid yang enggan mendaftarkan anaknya masuk sekolah negeri dan memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta.

Fenomena ini terjadi lantaran sekolah negeri kalah saing dengan sekolah swasta.

Sekolah swasta terkenal dengan kualitas pendidikan dan disiplin.

Fenomena ini terjadi di SD Negeri Setono Ponorogo dan SD Negeri 3 Babadan Ponorogo.

Bahkan, di SD Negeri 3 Babadan tidak ada sama sekali murid yang mendaftar.

Kepala sekolah SD Negeri Setono, Prayitno mengatakan penyebab ini lantaran sekolahnya dikepung sekolah swasta.

Baca Juga: MASYAALLAH, Momen Mengharukan Seorang Pria Gendong Bayinya Setelah 21 Tahun Penantian: Anakku...

“Kami memang dikepung sekolah-sekolah. Baik itu SD Negeri maupun sekolah swasta,” ujar Kepala SDN Setono, Prayitno, Senin pagi.

Dia menjelaskan bahwa SD Negeri Setono itu areanya adalah siswa yang rumahnya di lapangan ke timur atau area Dukuh Plampitan, Kelurahan Setono.

Sementara di area barat Kelurahan Setono masuk ke MI Setono. Lantas Kelurahan Setono ke selatan masuk ke SDN Japan.

“Setono kesana (Dusun Plampitan), hanya 1 dukuhan. Usia TK hanya sedikit. Juga dari SDN lain memperebutkan,” kata Prayitno.

Dia berharap tahun depan kondisinya lebih baik. Pun ada usaha lain. Guru bisa door to door untuk mendapatkan siswa.

“Guru bisa promosikan SDN Setono. Bahwa di SDN Setono extra itu begini-begini, biar masuk ke SDN Setono,” tegasnya.

Menurutnya, hingga saat ini di SDN Setono ada total 38 siswa.

Yang paling banyak adalah siswa kelas 6, jumlahnya adalah 15 anak.

“Ini kami tetap membuka PPDB secara offline. Siapa tahu ada yang menyekolahkan anaknya lagi di SDN Setono. Tahun lalu ada 5 anak,” pungkasnya.

Sebelumnya, SDN Setono di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo menjadi salah satu SDN yang hanya mendapatkan 1 siswa dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023.

Pantauan wartawan Tribunjatim.com, siswa tersebut bernama Ira.

Baca Juga: INNALILLAHI, KA Brantas Tabrak Truk Tronton hingga Meledak di Semarang, Begini Nasib 615 Penumpang Termasuk Masinis dan Asisten!

Ira datang diantar oleh kakeknya. Dengan menggunakan baju bebas, menggendong tasnya, rambutnya dipasangi jepit Ira melangkah masuk ke ruang kelasnya, Senin (17/7/2023).

Ira disambut guru. Walaupun sendiri, Ira terlihat tetap semangat.

Dia mengeluarkan alat tulis seperti buku dan pensil. Kemudian memperhatikan gurunya yang mengajar.

“Sekolah sendiri, tidak ada teman. Temannya di belakang (siswa kelas 2). Suka sekolah,” ujar Ira kepada media, Senin pagi.

Kakek Ira, Maji mengaku mengantarkan cucunya untuk sekolah. Dia tidak mengetahui jika cucunya sendiri.

“Ya cuma cucu saja. Kedepan lihat nanti kedepannya bagaimana. Kesepakatan saja antara sekolah sama saya,” kata Maji.

Kepala Sekolah Menangis Tak Ada yang Daftar

Sementara itu Kepala Sekolah SD Negeri 3 Babadan, Ponorogo, Evif Darmawanti mengaku prihatin dengan sekolahnya.

Padahal sekolahnya memiliki banyak prestasi. Namun, tidak ada satu murid yang mendaftar.

Dalam keadaan haru, Evif Darmawanti terlihat menangis ketika menyadari bahwa SD Negeri 3 Babadan tidak menerima satu pun siswa baru selama masa PPDB berlangsung.

Bahkan Kitri Maharani, pengawas sekolah, harus berulang kali memberikan semangat dan membesarkan hati Evif dalam menghadapi situasi ini, dengan menegaskan bahwa masih ada harapan di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga: INNALILLAHI, KA Brantas Tabrak Truk Tronton hingga Meledak di Semarang, Begini Nasib 615 Penumpang Termasuk Masinis dan Asisten!

Evif dan tim guru sekolah sebenarnya telah memprediksi bahwa hal ini mungkin terjadi.

Selain karena persaingan dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang baru saja berdiri, jumlah anak usia lulus taman kanak-kanak di Desa Babadan ini sangat terbatas.

Belum lagi, sekolah ini juga harus bersaing dengan dua SD negeri lainnya di desa yang sama.

Padahal, SD Negeri 3 Babadan telah mencatat prestasi yang gemilang di tingkat kecamatan hingga kabupaten.

Tumpukan piala dan piagam penghargaan yang siswa peroleh dari berbagai bidang menghiasi lemari sekolah.

Namun, ternyata prestasi tersebut belum mampu mengubah keadaan, bahkan tidak ada satu pun siswa baru yang mendaftar ke sekolah ini.

"Memang kita sudah bisa memprediksi, karena kita sudah menghitung karena TK-nya sedikit. Kita sudah berusaha sekuat tenaga," ungkapnya.

Akibat tidak adanya murid baru, ruang kelas 1 di SD ini saat ini kosong dan akan dimanfaatkan sebagai perpustakaan.

Meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan ini, proses pembelajaran untuk siswa kelas 2 hingga kelas 6 tetap berlangsung.

Data dari Dinas Pendidikan menyebutkan bahwa saat ini ada lima SD negeri di Ponorogo yang tidak mendapatkan murid.

Delapan SD lainnya juga terpaksa harus ditutup karena kekurangan siswa. Dari total 558 SD negeri, hanya ada 11 sekolah yang berhasil memenuhi pagu 28 siswa per kelas.

Kondisi ini menunjukkan tantangan serius yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah Ponorogo, khususnya dalam menarik minat orangtua untuk memilih SD negeri sebagai tempat pendidikan anak-anak mereka.

Diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk mencari solusi yang berkelanjutan demi keberlangsungan pendidikan yang berkualitas di wilayah ini.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul SEDIH Tak Ada Satu Murid pun Daftar di SD Negeri 3 Babadan, Padahal Banyak Prestasi, Kepsek Nangis,