Grid.ID - Apes mungkin menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan nasib koordinator sindikat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) bermodus jual beli ginjal, Hanim (41).
Pasalnya, meski telah melepas satu ginjalnya, Hanim malah merugi dan masih meninggalkan hutang ratusan juta.
Dia mengaku menyesal menjalankan kejahatan tersebut.
Hanim mengatakan dirinya sudah ingin berhenti sejak 2019 namun belum terealisasi.
Di lain sisi, kesedihan Hanim semakin terasa karena mengaku sama sekali tak dapat keuntungan dari bisnis jual beli ginjal yang dia lakukan.
Bahkan dirinya harus terjerat utang imbas bisnis yang dijalaninya tersebut.
"Nggak ada untung sama sekali, malah kalau dihitung ininya malah rugi, karena dorongan," ujar Hanim, dikutip TribunTrends.com dari WartaKota, Sabtu (22/7/2023).
Selain menjadi koordinator, Hanim juga turut menjadi pendonor, hingga setelah dua bulan masa penyembuhan pada 2019, dia pun dihubungi oleh seseorang yang disebut "broker"
Dari situlah, Hanim diajak menjadi koordinator sejumlah pasien WNI di Kamboja.
"Waktu itu saya bawa dua orang berarti lima sama saya, sekitaran bulan September apa akhir Agustus gitu.
Baca Juga: Ririn Ekawati Kenang Sosok Ayah Ibnu Jamil: Disayang Seperti Anak Sendiri
Sampai di sana, empat orang di Kamboja lakukan medical check up lagi, cuma di sana pasiennya baru ada dua, jadi yang dua dipulangkan dan dua dioperasi," tuturnya.
"Setelah kami pulang lagi ke Indonesia, kemudian tiga mingguan, saya memberangkatkan lagi sekitar enam orang termasuk dua orang yang disana. Begitu terus prosesnya dikirim ke Kamboja," sambung Hanim.
Proses pemberangkatan para pendonor ginjal ucap Hanim, sempat berhenti pada 2020 hingga 2022 karena diterpa Pandemi Covid-19.
Hingga pada Maret 2023, Hanim berhasil mengumpulkan 40 orang yang akan melakukan transplantasi ginjal.
Kendati demikian, dari hasil medical check up, sebanyak 35 orang bawaan Hanim tak lolos, dan terpaksa dipulangkan.
Hanim mengaku, biaya operasional dari 35 orang yang tak lolos itu pun dibebankan kepadanya.
"Nah ternyata di bulan Maret itu ada info tidak jadi, tidak jadi proses. Jadi 35 itu dipulangkan. Itu biaya ini itu jadi kasbon saya ke rumah sakit," ungkapnya.
Tak sampai di situ, Hanim kembali mencari orang yang ingin menjual ginjalnya.
Kemudian, dia pun mendapatkan 31 orang, untuk diberangkatkan ke Kamboja pada Juni 2023.
Meski merekrut puluhan orang, Hanim mengaku tak mendapatkan untung.
Bahkan, dia malah memiliki utang ke Preah Ket Mealea Hospital, sebesar Rp 700 juta.
"Nah kemudian ada pemberangkatan lagi bulan Juni, itu tetap saya kasbon lagi.
Utang saya ke rumah sakit itu sebesar Rp700 juta lebih. Jadi kalau dihitung-hitung itu nggak ada, saya nggak ada (untung)," ujar dia.
Pria asal Subang, Jawa Barat itu mengaku sempat ingin berhenti menjadi koordinator pasien di Kamboja, namun karena terjerat utang, dia pun mengurungkan niatnya.
"Saya sempat pas anak-anak dipulangkan karena gagal proses, saya sempat ngomong ke Miss Huang,
'Miss kalau kayak gini, saya mendingan berhenti aja. jangan dilanjutin.'
(Dijawab) 'jangan gitu Mas, nanti kasbonan Mas Hanim segini gedenya gimana cara bayarnya?'," kata dia.
Baca Juga: Ririn Ekawati Kenang Sosok Ayah Ibnu Jamil: Disayang Seperti Anak Sendiri
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul PILU Koordinator Penjual Ginjal, Utang Masih Rp 700 Juta Padahal Sudah Kehilangan Ginjal: Saya Rugi