Laporan Wartawan Grid.ID, Fidiah Nuzul Aini
Grid.ID - Dikta kini ceritakan momen terberat dalam hidupnya.
Ya, Dikta curahkan isi hati saat tahu sang ayah divonis kanker.
Penasaran dengan curahan isi Dikta?
Sosok Dikta selama ini memang tak pernah sepi dari perbincangan.
Bagaimana tidak, Dikta dikenal sebagai penyanyi sekaligus aktor di dunia hiburan Tanah Air.
Kariernya pun tak perlu diragukan lagi kehebatannya.
Selain itu, Dikta juga mempunyai paras tampan maksimal yang bikin para wanita menjerit.
Namun baru-baru ini, Dikta mendadak bongkar momen menyakitkan dalam hidupnya.
Mantan vokalis Yovie and The Nuno ini mendadak curahkan isi hatinya saat tahu sang ayah divonis kanker.
Hal itu diungkapkan saat Dikta jadi bintang tamu dalam podcast yang tayang ulang di akun @rumpi_gosip, Minggu (23/7/2023).
Dalam podcast tersebut, Dikta mengungkapkan bahwa hidupnya hancur sampai sudah tak bisa lagi menahan tangisnya.
Seperti diketahui, mantan vokalis Yovie and The Nuno itu mengaku bukan tipikal orang yang mudah menangis.
Ternyata momen menyakitkan yang membuat Dikta menangis yakni mengetahui sang ayah divonis kanker.
Dikta merasa dunianya benar-benar runtuh usai mengetahui sang ayah divonis kanker hati stadium akhir.
Bahkan, ia mengaku selalu menemani sang ayah saat dirawat di rumah sakit.
"Habis dari rumah sakit aku pulang ke rumah. Detik di mana aku nutup pintu, aku nangis di situ. Itu titik terhancur, kayaknya titik terhancur aku sebagai anak deh di situ," ungkap Dikta.
"Kayaknya itu nangis terparah aku setelah... kapan ya? Aku tuh bukan tipikal orang yang nangis sampai teriak, sampai kejer.
Mungkin pas di rumah sakit aku masih syok kali, jadi nggak tahu harus ngapain. Sok cool aja," sambungnya.
"Terus pas sampai rumah, sendiri nggak ada siapa-siapa baru aku nangis sekejer-kejernya," ujar Dikta.
Selain itu, Dikta mengaku tak bisa menahan tangisnya saat di rumah sakit.
Lebih tepatnya menahan diri untuk tidak menangis lantaran ia satu-satunya anak laki-laki di keluarga.
Dalam pikirannya saat itu, ia harus menguatkan anggota keluarganya yang lain.
"Pada saat itu aku takut kehilangan temen ngobrol. Takut kehilangan papa, 'Ini nggak ada lagi nih, orang yang se-absurd dia'.
Apa pun yang diobrolin dia selalu ada jawabannya, 'Nanti kalau dia nggak ada, gue ngobrol sama siapa ya?'," jelasnya.
Usai meluapkan kesedihannya, Dikta kembali ke rumah sakit walau perasaannya saat itu masih hancur.
Hal ini pula yang membuat Dikta enggan
menemani di detik-detik ayahnya meninggal.
"Dalam hati, aku ngomong 'Aku nggak mau lihat papa meninggal'. Jadi sebelum dia meninggal aku pamit pulang, habis itu aku lihatin dia lama.
Nggak tahu kenapa hari itu aku feeling dia bakal meninggal. Dan bener, baru setengah jam jalan, terus aku ditelefon 'Mas, balik lagi mas. Papa udah nggak ada'," pungkasnya.
(*)