Bahkan, ia juga berpendapat bahwa properti juga bisa menjadi investasi, karena rumah yang sudah menjadi hak milik, bisa diagunkan kapan saja jika tiba-tiba ada kebutuhan mendadak seperti sekolah anak, keluarga jatuh sakit, dan lain-lain.
Agustinus juga menyinggung pentingnya memiliki rumah sendiri.
“Kuncinya adalah sense of belonging. Orang biasanya lebih sayang sama barang punya sendiri, karena ada kebanggaan bisa memiliki barang itu. Dari situ, kita akan termotivasi untuk menjadikan rumah kita itu se-estetik dan senyaman mungkin, sehingga kita bahkan bisa mendapatkan cuan dari situ,” ujarnya.
Tipsnya untuk menjadikan rumah estetik yaitu, pertama untuk membuat moodboard sebelum membeli properti.
Isinya bisa diambil dari internet atau dari media sosial, yang penting fungsinya adalah supaya kita bisa membayangkan warna dan tema rumah seperti apa yang kita mau.
Dari situ, kita bisa menentukan vendor atau barang-barang apa yang harus dipilih untuk mengisi rumah kita supaya cocok dengan tema dan warnanya, dan supaya sesuai dengan budget yang dimiliki.
Menurutnya, tidak harus semua sudut rumah harus sengaja dibuat estetik, tapi kalau warna sudah tepat, barang-barang yang dibeli nyambung, dengan sendirinya akan bagus estetiknya.
Bahkan, secara tidak sadar kita sebagai penghuni juga akan otomatis menyamakan diri dengan estetika rumah.
“Rumah bisa memengaruhi penghuninya. Seperti saya, sekarang tanpa sadar bahkan baju-baju saya warnanya senada dengan rumah saya. Saya percaya bahwa rumah yang kita desain dan bangun dari hati, pengaruhnya akan di luar bahkan dari apa yang kita bayangkan,” katanya.
Tapi, ia mengingatkan, estetika dan fungsional harus tetap seimbang.
Baginya, rumah itu punya kepribadian dan branding, dan itu harus disesuaikan dengan branding dan kepribadian pemiliknya.
Nantinya, proses menjadikan rumah sebagai upaya mencari tambahan penghasilan itu bisa mengalir dengan sendirinya, seperti misalnya kita membuat konten tentang keseharian kita di rumah.
“Selama bikin konten, saya jadi lebih peka sama rumah sendiri. Dari situ saya terinspirasi bikin rumah jadi iconic sehingga banyak di-endorse brand. Lalu jadi lebih mudah untuk memasarkan diri dan rumah sendiri untuk mendatangkan cuan, modalnya ya memanfaatkan apa yang di depan mata kita, seperti hape dan media sosial,” imbuhnya.
(*)