Grid.ID - Di tengah era digital ini, banyak generasi produktif baik dari yang paling muda seperti Gen Z, Millennial, sampai Gen X terpapar informasi yang menyebar begitu luas.
Penyebaran informasi yang dikemas secara pendek dan cepat membuat informasi tersebut lebih menarik di mata masyarakat.
Hal ini mempengaruhi perilaku konsumen dari yang sebelumnya mencari informasi dengan bertanya kepada orang terdekat, menjadi melalui internet dan media sosial.
Hal ini didukung dengan penetrasi smartphone yang sudah sangat tinggi di Indonesia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, 67,88% penduduk Indonesia yang berusia 5 tahun ke atas sudah memiliki smartphone.
Persentase tersebut meningkat dibanding 2021 yang masih 65,87%.
Tidak hanya berhenti di pencarian informasi, untuk pengambilan keputusan pun kini masyarakat memposisikan penggalian informasi secara digital sebagai sumber referensi terpercaya.
Dengan begitu banyak dan cepatnya informasi yang tersebar dan diterima orang setiap harinya, mereka yang tidak memiliki kemampuan self-censorship akan cenderung memiliki short attention span atau jumlah waktu yang dihabiskan untuk berkonsentrasi menjadi lebih pendek.
Hal ini menyebabkan semua informasi akan diserap tanpa disaring terlebih dahulu kemudian akan ada kemungkinan timbul rasa ingin membanding-bandingkan kondisi diri sendiri dengan apa yang mereka lihat di internet dan media sosial.
Akibatnya, orang akan mengambil keputusan finansial seperti membeli barang dengan impulsif dan terburu-buru hingga merugikan diri sendiri ke depannya.
Kekhawatiran ini juga diungkapkan oleh beberapa figur publik Tanah Air.
Seperti Den Dimas, seorang content creator di bidang otomotif yang berpendapat bahwa dalam memilih kendaraan baik roda empat maupun roda dua, banyak sekali yang harus diperhatikan mulai dari tujuan, pemilihan spek, dan kejelian dalam memanfaatkan penawaran atau diskon.
Kemudian, ada juga Agustinus Michel yang beken sebagai @paksugus di TikTok.
Menurutnya, adanya ekspektasi dari orang tua bahwa kalau belum punya rumah artinya belum sukses membuat generasi sekarang semakin pressured untuk membeli properti.
Tidak hanya sekedar properti, tapi ekspektasi dari generasi sekarang juga semakin tinggi karena ingin memiliki rumah yang estetik dan fungsional.
Lalu dari sisi leisure, banyaknya informasi tentang traveling atau healing meskipun di satu sisi cukup menggembirakan karena menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental, namun berpotensi membuat orang jadi ingin traveling tanpa mempertimbangkan kondisi keuangannya.
Menurut Jerome Polin, salah satu YouTuber ternama, ketika traveling banyak hal yang harus diseimbangkan agar pengeluaran selama traveling tidak boncos.
Contohnya apabila pengeluaran di aktivitas sudah mahal, maka seimbangkan dengan pengeluaran makan yang murah.
Maka dari itu Jerome berpendapat, dalam traveling harus tetap pintar-pintar mengatur keuangan dengan memanfaatkan promo atau diskon.
Tidak hanya dari sisi rumah, kendaraan, dan traveling, tekanan bagi orang tua untuk menanamkan kesadaran finansial pada anak sejak dini juga diutarakan oleh Caca Tengker yang merupakan Psikolog ternama.
Baca Juga: Lirik Lagu Baru Mawar de Jongh, CINTA PERTAMA DAN TERAKHIR, Ciptaan Sherina Munaf
Caca terus berusaha menjalankan parenting dengan cara melakukan koneksi sebelum koreksi.
Artinya, orang tua harus bisa memahami dari sisi anak terlebih dahulu sebelum memberikan batasan sebagai koreksi.
Dari sini lah, orang tua baru dapat menanamkan pengertian bedanya needs dan wants kepada anak agar tidak hidup boros.
Ada lagi kekhawatiran dari Rius Vernandes, seorang content creator yang sering melakukan review terhadap penerbangan menggunakan business class dan first class.
Rius seringkali mencari cara agar tetap bisa traveling bersama keluarga secara nyaman dan aman dengan memaksimalkan benefit berupa miles & reward points.
(*)