"Saya disebut tidak bangga dengan tubuh saya sendiri, 'gimana kalau nanti dikirim ke kompetisi internasional, pasti dilihat telanjang'," imbuh Jelita menirukan perkataan fotografer.
Jelita mulai merasa tertekan.
Namun ia mengaku tidak dapat berbuat apa-apa lantaran takut mempengaruhi penilaian di ajang tersebut.
"Lalu saya disuruh angkat kaki saya satu ke kursi untuk dilihat kaki saya bagaimana, bagian bawah privat saya gimana, saya disuruh muter badan, di situ saya terganggu," ucap dia.
Ia mengaku trauma seusai peristiwa pelecehan seksual yang dialami. Hingga kini ia masih belum bisa melupakan kejadian itu.
"Saya masih overthinking dan susah tidur karena mental saya masih kepikiran. Kasarnya body shaming, karena menilai bagaimana kulit saya, saya juga dipertontonkan saat ramai orang," pungkas Jelita.
Kuasa hukum korban, Mellisa Anggraeni, mengatakan peristiwa dugaan pelecehan seksual itu terjadi pada 1 Agustus 2023 atau dua hari sebelum grand final Miss Universe Indonesia.
"Kejadian pada tanggal 1 Agustus 2023 menjelang grand final, dua hari menjelang grand final," kata Mellisa.
Menurut Mellisa, sesi body checking itu tidak ada di dalam rundown acara.
Bahkan, ia menyebut Provincial Director (PD) tidak mengetahui adanya sesi body checking tersebut.