Grid.ID - Ribuan mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta alias UIN Solo dipaksa daftar pinjaman online (pinjol) saat ospek.
Kabar itu pun sampai ke telinga Mudofir, rektor UIN Raden Mas Said Surakarta atau UIN Solo.
Lantas apa yang dilakukan oleh Mudofir setelah mengetahui adanya peraturan nyeleneh saat ospek mahasiswa baru UIN aden Mas Said Surakarta alias UIN Solo.
Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta Mudofir telah melakukan langkah-langkah terkait masalah kegiatan PBAK 2023 di lingkungan Kampus, yakni mahasiwa baru dipaksa daftar aplikasi pinjaman online (pinjol) viral di media sosial.
"Pimpinan telah melakukan pemanggilan dan teguran terhadap DEMA dan SEMA UIN Raden Mas Said Surakarta," jelas Mudofir, Senin (7/8/2023) dikutip dari TribunSolo.
Menurutnya pelaksanaan PBAK UIN Raden Mas Said Surakarta sudah dianggarkan dan dibiayai oleh kampus.
Untuk itu, pihaknya meminta panitia membatalkan kerja sama dengan pihak-pihak yang berpotensi merugikan lembaga.
Selain itu, Mudofir menyebut pihak DEMA dan SEMA UIN Raden Mas Said Surakarta melangkah sendiri dalam melakukan penggalangan sponsorship dan tidak melaporkan kepada pimpinan universitas.
"Jika terjadi pelanggaran dalam praktik pencarian sponsorship oleh DEMA dan SEMA, akan diselesaikan oleh Dewan Kode Etik Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta," tegas Mudofir.
Kasus mahasiswa baru (maba) UIN Raden Mas Said, Solo, Jawa Tengah, dipaksa daftar aplikasi pinjaman online (pinjol) viral di media sosial.
Kasus tersebut bermula dari desas-desus di media sosial seperti TikTok dan Twitter.
Salah satunya dibagikan di akun Twitter menfess @collegemengess.
"Bisa-bisanya universitas negeri islam lohh sponsorshipnya pinj*l, panitia acaranya pasti dipanggil dekan dan jajarannya gasih kalo kayak gini? Mana camaba disuruh download tuh apk dan daftar diri, kan sama aja ngejual data pribadi," cuit akun tersebut.
Awalnya, tidak disebutkan dalam cuitan itu mengenai universitas yang bersangkutan.
Tetapi kemudian banyak yang menyebut bahwa kasus itu terjadi di UIN Raden Mas Said.
Konfirmasi Presiden Mahasiswa
Setelah ditelusuri, ternyata kasus tersebut benar adanya.
Para mahasiswa baru diminta untuk mendaftar aplikasi pinjol dalam rangkaian kegiatan Pengenalan Budaya dan Akademik (PBAK) 2023.
Menurut Presiden Mahasiswa UIN Raden Mas Said, Ayuk Latifah menyatakan kegiatan yang bersponsor aplikasi pinjol ini bukan termasuk PABK.
Kegiatan ini adalah festival budaya yang mereka adakan dan butuh pendanaan sendiri.
"Pastinya ini sifatnya tidak mengikat," dikutip dari TribunSolo pada Selasa (8/8/2023).
Ayuk membeberkan ada tiga platform aplikasi pinjol yang menjadi sponsor dalam pendanaan Festival Budaya 2023.
Meski demikian, pihaknya enggan menyebutkan nama dari masing-masing platform tersebut.
Baca Juga: Wisuda Hari Ini, Oki Setiana Dewi Menyandang Dua Gelar Doktor
Dana Cair Jika Akun Mahasiswa Aktif
Lebih lanjut, Ayuk menjelaskan jika besaran dana sponsor akan cair berdasarkan akun perhitungan akun mahasiswa yang sudah aktif.
Namun menurut Ayuk, hingga kini pihaknya belum mendapatkan keuntungan dari kerja sama tersebut.
"Kalau keuntungan dari sponsor, sebetulnya kami belum mendapatkan keuntungan," terangnya
"Mereka itu akan memberikan sponsor asal data yang sudah registrasi terlihat," lanjutnya.
Ayuk menjelaskan sebanyak 3000 mahasiswa melakukan registrasi pendaftaran pinjol.
Tetapi hanya 2000 orang yang lolos, sementara 1000 lainnya tidak terdaftar.
"Yang jelas, sebetulnya kami hanya mengedukasi, bukan bermaksud untuk menginstruksikan ke mahasiswa baru untuk mendaftar pinjol," tandasnya.
Ia menambahkan, hal tersebut mengaca banyaknya masyarakat dan mahasiswa yang terjerat pinjol.
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul: Respon Rektor UIN Raden Mas Said saat Mahasiswa Baru Dipaksa Daftar Pinjol Kala Ospek, Bisa Cair (*)